Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Konsep Diri

April 13, 2021

 


a.      Pengkajian

1)      Faktor predisposisi

  Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif dan teramati serta bersifat subjektif dan dunia dalam pasien sendiri. Perilaku berhubungan dengan harga diri yang rendah, keracuan identitas, dan depersonalisasi.

  Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks, tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural.

  Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam struktur sosial.

 

2)      Stresor pencetus

  Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian mengancam kehidupan.

  Ketegangan peran hubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran :

  1. Transisi peran perkembangan
  2. Transisi peran situasi
  3. Transisi peran sehat /sakit

 

3)      Sumber-sumber koping

Setiap orang mempunyai kelebihan personal sebagai sumber koping, meliputi :

  Aktivitas olahraga dan aktivitas lain diluar rumah

  Hobi dan kerajinan tangan

  Seni yang ekspresif

  Kesehatan dan perawan diri

  Pekerjaan atau posisi

  Bakat tertentu

  Kecerdasan

  Imajinasi dan kreativitas

  Hubungan interpersonal

 

4)      Mekanisme koping

  Pertahanan koping dalam jangka pendek

  Pertahanan koping jangka panjang

  Mekanisme pertahanan ego

 

Untuk mengetahui persepsi seseorang tentang dirinya, maka orang tersebut wajib bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1)       Persepsi psikologi:

a.       Bagaimana watak saya sebenarnya?

b.      Apa yang membuat saya bahagia atau sedih?

c.       Apakah yang sangat mencemaskan saya?

 

2)      Persepsi sosial:

a.       Bagaimana orang lain memandang saya?

b.      Apakah mereka menghargai saya bahagia atau sedih?

c.       Apakah mereka membenci atau menyukai saya?

 

3)      Persepsi fisik:

a.       Bagaimana pandangan saya tentang penampilan saya?

b.      Apakah saya orang yang cantik atau jelek?

c.       Apakah tubuh saya kuat atau lemah?

 

Pendekatan dan pertanyaan dalam pengkajian sesuai dengan faktor yang dikaji:

Identitas:

1.      Dapatkah anda menjelaskan siapa diri anda pada orang lain: karakteristik dan kekuatan?

 

Body image:

1.      Dapatkah anda menjelaskan keadaan tubuh anda kepada saya?

2.      Apa yang paling anda sukai dari tubuh anda?

3.      Apakah ada bagian dari tubuh anda yang ingin anda ubah?

 

Self esteem:

1.      Dapatkah anda katakan apa yang membuat anda puas?

2.      Ingin jadi siapakah anda?

3.      Siapa dan apa yang menjadi harapan anda?

4.      Apakah harapan itu realistis?

5.      Signifikan apa respon anda, saat anda tidak merasa dicintai dan tidak dihargai?

6.      Siapakah yang paling penting bagi anda?

7.      Kompetensi: apa perasaan anda mengenai kemampuan dalam mengerjakan sesuatu untuk kepentingan hidup anda?

8.      Virtue: pada tingkatan mana anda merasa nyaman terhadap jalan hidup bila dihubungkan dengan standar moral yang dianut?

9.      Power: pada tingkatan mana anda perlu harus mengontrol apa yang terjadi dalam hidup anda? Apa yang anda rasakan? 

Role performance:

1.      Apa yang anda rasakan mengenai kemampuan anda untuk melakukan segala sesuatu sesuai peran anda? Apakah peran saat ini membuat anda puas?

2.      Gangguan konsep diri.

3.      Mekanisme koping jangka pendek (krisis identitas).

4.      Kesempatan lari sementara dari krisis.

5.      Kesempatan mengganti identitas.

6.      Kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri (identitas yang kabur).

7.      Arti dari kehidupan.

 

b.      Diagnosa Keperawatan

1.      Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh

2.      Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah.

  

c.       Intervensi Keperawatan

1.      Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh

      Intervensi :

1)      Bina hubungan saling percaya.

2)      Diskusikan perubahan struktur , bentuk, atau fungsi tubuh.

3)      Observasi ekspresi klien pada saat diskusi.

4)      Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien (tubuh, intelektual, keluarga) oleh klien di luar perubahan yang terjadi).

5)      Setiap bertemu klien hindarkan memberi penilaian yang negative, utamakan memberi pujian yang realistik.

6)      Dorong klien untuk merawat diri dan berperan dalam asuhan klien secara bertahap.

7)      Libatkan klien dalam kelompok dengan masalah gangguan citra tubuh.

8)      Tingkatkan dukungan keluarga pada klien terutama pasangan.

9)      Membantu klien mengurangi perubahan citra tubuh.

10)  Diskusikan cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.

11)  Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.

12)  Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.

13)  Berikan pujian atas keberhasilan klien.

14)  Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.

15)  Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah.

16)  Bantu keluarga untuk memberi dukungan selama klien dirawat

17)  Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

 

 

2.      Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah.

      Intervensi :

1)      Bina hubungan saling percaya.

2)      Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. Dapat dimulai dari bagian tubuh yang masih berfungsi dengan baik, kemampuan lain yang dimiliki oleh klien, aspek positif. Jika klien tidak mampu mengidentifikasi, maka dimulai oleh perawat memberi “reinforcement” (pujian terhadap aspek positif klien).

3)      Setiap bertemu klien, hindarkan memberi penilaian negative. Utamakan memberi pujian yang realistik.

4)      Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit. Misalnya: penampilan klien dalam “self-care”, latihan fisik dan ambulasi secara aspek asuhan terkait dengan gangguan fisik yang dialami klien.

5)      Diskusikan pila kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya setelah pulang sesuai dengan kondisi sakit klien.

6)      Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap kemampuan: kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total.

7)      Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.

8)      Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan (sering klien takut melaksanakannya).

9)      Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.

10)  Beri pujian atas keberhasilan klien.

11)  Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

12)  Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah.

13)  Bantu keluarga memberi dukungan lingkungan rumah.

14)  Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.


DAFTAR PUSTAKA

Calhoun, JF & Acocella, J.R. (1995). Psychology of Adjusment and Human Relationship. New. York : Mc Graw Hill, Inc.

Carpenito, Lynda. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Damaiyanti, I. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Keliat, B. A. (2001). Gangguan Konsep Diri. Jakarta: EGC.

Keliat, Budi.A., Panjaitan, R.U., & Daulima, N.H.C. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2. Jakarta : EGC

Kusumawati, H. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Jakarta: ANDI

Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan Buku 3 Ed.7. Jakarta: Salemba

Stuart & Sundeen. (2006). Keperwatan psikiatrik: Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta : EGC

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi Dan Indikator Diagnostik Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi Dan Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.