Info Seputar Rheumatoid Arthritis (Rematik)
A. Anatomi
Fisiologi Sistem Terkait
1.
Sendi Lutut
2. Sendi Jari-jari tangan
3. Sendi Jari-jari kaki
4.
Sendi
Panggul
B. Definisi
Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi
dan tulang atau jaringan penunjang sekitar sendi. Bagian tubuh yang diserang
biasanya persendian pada jari, lutut, pinggul dan tulang punggung (Purwoastuti,
2009).
Penyakit ini menyebabkan inflamasi, kekakuan, pembengkakan, dan rasa
sakit pada sendi, otot, tendon, ligamen, dan tulang (Misnadiarly, 2007).
Istilah penyakit rematik tidak memiliki batas
yang jelas. Istilah ini mencakup lebih dari 100 kondisikondisi berbeda yang
dilabelkan ke dalam penyakit rematik termasuk osteoartritis, arthritis
reumatoid, gout, sistemik lupus eritematosus, skleroderma, dan lain-lain
(Sangha, 2000).
C. Klasifikasi
Buffer (2010)
mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini
harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini
harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable
rheumatoid arthritis pada tipe ini harus
terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible
rheumatoid arthritis pada tipe ini harus
terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus-menerus,
paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
D. Etiologi
Penyebab
penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen – antibodi), faktor
metabolik dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Agen spesifik penyebab arthritis rheumatoid belum
dapat dipastikan, tetapi jelas ada interaksi faktor genetik dengan faktor lingkungan. (Maini dan
Feldmann, 1998 : Blab et al, 1999).
Penyebab utama
penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti.Biasanya merupakan
kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem
reproduksi.Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti
bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).
E. Faktor
Resiko
1.
Riwayat
keluarga dan keturunan
2.
Jenis
kelamin wanita lebih sering
3.
Obesitas
atau kegemukan
4.
Usia
lebih dari 40 tahun
5. Pernah
mengalami trauma berat pada lutut sampai terjadi pembengkakan atau berdarah,
seperti pada olahragawan.
6. Para
pekerja yang menggunakan lutut secara berlebihan misalnya pedagang keliling dan
pekerja yang bekerja dengan banyak jongkok yang menyebabkan tekanan berlebihan
pada lutut (Sangha, 2000)
F. Manifestasi
Klinis
Gejala utama dari rematik adalah adanya nyeri
pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan.
Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan
istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,
pembesaran sendi dan perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi (Soeroso, J., Isbagyo, H., Kalim, H., Broto, R.,
Pramudiyo, R., 2010)
G. Tanda
dan Gejala
1)
Nyeri
Sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri
biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih
dibanding gerakan yang lain.
2)
Hambatan
Gerakan Sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat
dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3)
Kaku
pagi
Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi
dapat timbul setelah imobilitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu
yang cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur.
4)
Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat
terdengar) pada sendi yang sakit.
5)
Pembesaran
Sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu
sendinya (seringkali terlihat di lutut atau tangan) secara pelan-pelan
membesar.
6)
Perubahan
Gaya Berjalan
Pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang pada hampir semua pasien OA. Gangguan berjalan dan
gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian
pasien yang umumnya tua (Soeroso, J., Isbagyo, H., Kalim, H., Broto, R.,
Pramudiyo, R., 2010).
H. Tes
Diagnostik
1. Tes serologi : Sedimentasi
eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis,Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2.
Pemeriksaan sinar X dari sendi yang sakit.
3.
Scan radionuklida, untuk mengidentifikasi
peradangan sinovium.
4. Artroskopi langsung, untuk visualisasi dari
area yang menunjukkan irregularitas atau degenerasi tulang pada sendi
5.
Aspirasi cairan sinovial
6.
Biopsi membran synovial menunjukkan perubahan
inflamasi dan perkembangan panas.
7.
Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA
(Fine Needle Aspiration) atau atroskopi.
I. Patofisiologi
Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit, makrofag dan
syinovial fibroblas untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF-α
untuk mensekresikan matrik metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan
bantuan CD69 dan CD11 melalui pelepasan mediator-mediator pelarut seperti
interferon-γ dan interleukin-17. Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF-α
merupakan kunci terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthritis.
Aktivitasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara
langsung dan ikatan dengan α1β2 integrin, CD40 ligan dan
CD28 untuk memproduksi immunoglobulin meliputi rheumatoid faktor. Sebenarnya
fungsi dari rhumetoid faktor ini dalam proses patogenesis reumatoid artritis tidaklah
diketahui secara pasti, tapi kemungkinan besar reumatoid faktor mengaktiflkan
berbagai komplemen melalui pembentukan immun kompleks.aktifasi CD4+ sel T juga
mengekspresikan osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini menyebabkan
gangguan sendi. Aktifasi makrofag, limfosit dan fibroblas juga menstimulasi
angiogenesis sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi yang ditemukan pada
synovial penderita reumatoid artritis.
J. Komplikasi
a) Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan
lain seperti adanya proses granulasi di bawah kulit (subcutan nodule).
b) Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses
granulasi jaringan otot.
c) Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada
pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
d) Terjadi splenomegali.
Splenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
K. Penatalaksanaan
Medis
Penatalaksanaan
medik pada pasien RA di antaranya :
1)
Termoterapi
2)
Gizi
yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
3)
Pemberian
Obat-obatan :
·
Anti
Inflamasi non steroid (NSAID) contoh: aspirin yang diberikan pada dosis yang
telah ditentukan.
·
Obat-obat
untuk Reumatoid Artitis : Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik,
Antipyretik, Anty Inflamatory).
4) Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian
obat-obatan tidak berhasil mencegah dan memperlambat kerusakan sendi.
Pembedahan dapat mengembalikan fungsi dari sendi anda yang telah rusak.
Prosedur yang dapat dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon,
sinovektomi.
L. Penatalaksanaan
Farmakologi
Beberapa obat atau golongan obat yang dapat digunakan pada rematik
(Saryono, 2011) yaitu:
a)
Golongan
Analgetik: golongan obat ini berfungsi mengatasi atau meredakan rasa nyeri pada
sendi, contohnya aspirin, obat antiinflamasi non steroid (NSAIDs) lainnya
seperti ibuprofen dan asetaminofen (Saryono, 2011).
b)
Golongan
kortikosteroid: obat kortikosteroid seperti prednisone, kotison dan
hidrokartison banyak digunakan untuk mengobati gejala rematik. Cara kerja
kortikosteroid adalah dengan mengatasi inflamasi dan menekan sistem kekebalan
tubuh sehingga reaksi radang pada rematik berkurang. Efek samping jangka pendek
kortikosteroid adalah pembengkakan, menambah nafsu makan, menambah berat badan
dan emosi yang labil. Efek samping tersebut akan berhenti apabila pemberian
obat dihentikan. Efek samping jangka panjang dari penggunaan kortikosteroid
diantaranya tanda goresan pada kulit (strie), rambut tumbuh berlebihan, tulang
keropos (osteoporosis), tekanan darah tinggi, kerusakan arteri pembuluh darah,
peningkatan kadar gula darah, infeksi dan katarak. Penghentian pemberian obat
ini harus dilakukan secara bertahap, tidak boleh secara mendadak (Saryono,
2011).
c)
DMARD:
Pemilihan DMARD harus mempertimbangkan kepatuhan, beratnya penyakit, pengalaman
dokter dan adanya penyakit penyerta. Methotrexate dan Sulfasalazine sering digunakan
sebagai terapi awal, tetapi pada kasus yang lebih berat, MTX atau kombinasi
terapi mungkin digunakan sebagai terapi lini pertama. Banyak bukti menunjukkan
bahwa kombinasi DMARD lebih efektif dibandingkan dengan terapi tunggal
(Saryono, 2011).
M. Penatalaksanaan
Keperawatan
1)
Pemberian
terapi rehabilitas
Ada beberapa terapi rehabilitasi yang dibutuhkan oleh penderita rematik (Purwoastuti,
2009) yaitu:
a.
Edukasi:
pada edukasi ini pasien diberi informasi yang lengkap dan benar mengenai
pengobatan dan perjalanan penyakit ke depan.
b.
Fisioterapi:
berbagai aktivitas latihan yang diperlukan untuk mendapatkan gerak sendi yang
baik dan optimal, agar massa otot tetap dan stabil.
c.
Okupasi:
okupasi bertujuan untuk membantu pasien agar dapat melakukan tugas sehari-hari,
yakni dengan memosisikan sendi secara baik sehingga dapat berfungsi dengan baik
dan terhindar dari gerakan berlebihan yang dapat menimbulkan nyeri.
d.
Diet:
diet diutamakan untuk mengurangi berat badan yang berlebihan, dianjurkan
mencapai berat badan 10-15% di bawah ideal. Kegemukan memberikan beban tekanan
pada sendi penopang berat tubuh (Purwoastuti, 2009).
2)
Pengaturan
olahraga dan istirahat
Penderita rematik mau tidak mau harus menyeimbangkan kehidupannya antara
istirahat dan beraktivitas. Kalau merasa nyeri atau pegal, pasien harus
beristirahat. Namun harus diingat, istirahat tidak boleh berlebihan karena
dapat mengakibatkan kekakuan pada otot dan sendi (Junaidi, 2006).
Latihan dan olahraga yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
a.
Range
of motion exercises: merupakan latihan fisik yang membantu menjaga pergerakkan
normal sendi, memelihara atau meningkatkan fleksibilitas dan menghilangkan kekakuan
sendi (Junaidi, 2006).
b.
Aerobic
atau endurance exercises: untuk meningkatkan kesehatan pembuluh darah jantung,
membantu menjaga berat badan ideal dan memperbaiki kesehatan secara menyeluruh
(Junaidi, 2006).
3)
Pemberian
Mobilisasi dan relaksasi
Mobilisasi dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dan memperbaiki
kekakuan pada sendi yang terserang rematik. Relaksasi progresif membantu
mengurangi nyeri dengan melakukan gerakan yang melemaskan otot yang tegang.
Pada relaksasi progresif, gerakan yang dilakukan adalah pada satu saat
mengencangkan kumpulan otot tertentu, kemudian secara perlahan melemaskannya
atau merelaksasikannya (Junaidi, 2006).
4)
Pemberian
suplemen dan sayuran
Obat-obat suplemen dan sayuran yang dapat digunakan bagi penderita rematik adalah sebagai berikut: Jus sayuran: dapat membantu mengurangi gejala arthritis (Putra, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Anderson,
Sylvia Price. (2006). Pathofisiologi:
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6 Volume II. Jakarta : EGC
Doenges
E Marilynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Herdman,
Heather. (2010). Diagnosis Keperawatan.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Kalim.Handono.(1996).
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer,
Arif, dkk. (2009). Kapita Selekta
Kedokteran . Jakarta: Media Aesculapius
Mansjoer.Arif.
(2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculaapius FKUI.
Mc
Closkey Dochterman, Joanne. (2004). Nursing
Interventions Classification (NIC). America : Mosby
Morhead,
Sue. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC). America : Mosby
Smeltzer,
Suzanne C dan Bare, Brenda G. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar: