Info Seputar Rheumatoid Arthritis (Rematik)

April 01, 2021

 

 


A.    Anatomi Fisiologi Sistem Terkait

1.      Sendi Lutut

2.      Sendi  Jari-jari tangan 

3.      Sendi Jari-jari kaki

4.      Sendi Panggul

B.     Definisi

Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang sekitar sendi. Bagian tubuh yang diserang biasanya persendian pada jari, lutut, pinggul dan tulang punggung (Purwoastuti, 2009).

Penyakit ini menyebabkan  inflamasi, kekakuan, pembengkakan, dan rasa sakit pada sendi, otot, tendon, ligamen, dan tulang (Misnadiarly, 2007).

Istilah penyakit rematik tidak memiliki batas yang jelas. Istilah ini mencakup lebih dari 100 kondisikondisi berbeda yang dilabelkan ke dalam penyakit rematik termasuk osteoartritis, arthritis reumatoid, gout, sistemik lupus eritematosus, skleroderma, dan lain-lain (Sangha, 2000).

 

C.    Klasifikasi

Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:

1.      Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

2.      Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

3.      Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

4.      Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus-menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

 

D.    Etiologi

Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen – antibodi), faktor metabolik dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

Agen spesifik penyebab arthritis rheumatoid belum dapat dipastikan, tetapi jelas ada interaksi faktor genetik dengan faktor lingkungan. (Maini dan Feldmann, 1998 : Blab et al1999).

Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti.Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi.Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).

E.     Faktor Resiko

1.      Riwayat keluarga dan keturunan

2.      Jenis kelamin wanita lebih sering

3.      Obesitas atau kegemukan

4.      Usia lebih dari 40 tahun

5.    Pernah mengalami trauma berat pada lutut sampai terjadi pembengkakan atau berdarah, seperti pada olahragawan.

6.   Para pekerja yang menggunakan lutut secara berlebihan misalnya pedagang keliling dan pekerja yang bekerja dengan banyak jongkok yang menyebabkan tekanan berlebihan pada lutut (Sangha, 2000)

 

F.     Manifestasi Klinis

Gejala utama dari rematik adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dan perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi (Soeroso, J., Isbagyo, H., Kalim, H., Broto, R., Pramudiyo, R., 2010)

 

G.    Tanda dan Gejala

1)      Nyeri Sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibanding gerakan yang lain.

2)      Hambatan Gerakan Sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.

3)      Kaku pagi

Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur.

4)      Krepitasi

Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

5)      Pembesaran Sendi (deformitas)

Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (seringkali terlihat di lutut atau tangan) secara pelan-pelan membesar.

6)      Perubahan Gaya Berjalan

Pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi pincang pada hampir semua pasien OA. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (Soeroso, J., Isbagyo, H., Kalim, H., Broto, R., Pramudiyo, R., 2010).

 

H.    Tes Diagnostik

1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan leukositosis,Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita

2.      Pemeriksaan sinar X dari sendi yang sakit.

3.      Scan radionuklida, untuk mengidentifikasi peradangan sinovium.

4.   Artroskopi langsung, untuk visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas atau degenerasi tulang pada sendi

5.      Aspirasi cairan sinovial

6.      Biopsi membran synovial menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.

7.      Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi.

 

I.        Patofisiologi

Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit, makrofag dan syinovial fibroblas untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF-α untuk mensekresikan matrik metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan bantuan CD69 dan CD11 melalui pelepasan mediator-mediator pelarut seperti interferon-γ dan interleukin-17. Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF-α merupakan kunci terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthritis.

Aktivitasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara langsung dan ikatan dengan α1β2 integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk memproduksi immunoglobulin meliputi rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi dari rhumetoid faktor ini dalam proses patogenesis reumatoid artritis tidaklah diketahui secara pasti, tapi kemungkinan besar reumatoid faktor mengaktiflkan berbagai komplemen melalui pembentukan immun kompleks.aktifasi CD4+ sel T juga mengekspresikan osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini menyebabkan gangguan sendi. Aktifasi makrofag, limfosit dan fibroblas juga menstimulasi angiogenesis sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi yang ditemukan pada synovial penderita reumatoid artritis.

 

J.    Komplikasi

a)      Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses granulasi di bawah kulit (subcutan nodule).

b)      Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.

c)      Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.

Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku.

d)     Terjadi splenomegali.

Splenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya untuk  menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.


K.     Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medik pada pasien RA di antaranya :

1)      Termoterapi

2)      Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat

3)      Pemberian Obat-obatan :

·         Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh: aspirin yang diberikan pada dosis yang telah ditentukan.

·         Obat-obat untuk Reumatoid Artitis : Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty Inflamatory).

4)      Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak berhasil mencegah dan memperlambat kerusakan sendi. Pembedahan dapat mengembalikan fungsi dari sendi anda yang telah rusak. Prosedur yang dapat dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon, sinovektomi.

 

L.   Penatalaksanaan Farmakologi

Beberapa obat atau golongan obat yang dapat digunakan pada rematik (Saryono, 2011) yaitu:

a)      Golongan Analgetik: golongan obat ini berfungsi mengatasi atau meredakan rasa nyeri pada sendi, contohnya aspirin, obat antiinflamasi non steroid (NSAIDs) lainnya seperti ibuprofen dan asetaminofen (Saryono, 2011).

b)      Golongan kortikosteroid: obat kortikosteroid seperti prednisone, kotison dan hidrokartison banyak digunakan untuk mengobati gejala rematik. Cara kerja kortikosteroid adalah dengan mengatasi inflamasi dan menekan sistem kekebalan tubuh sehingga reaksi radang pada rematik berkurang. Efek samping jangka pendek kortikosteroid adalah pembengkakan, menambah nafsu makan, menambah berat badan dan emosi yang labil. Efek samping tersebut akan berhenti apabila pemberian obat dihentikan. Efek samping jangka panjang dari penggunaan kortikosteroid diantaranya tanda goresan pada kulit (strie), rambut tumbuh berlebihan, tulang keropos (osteoporosis), tekanan darah tinggi, kerusakan arteri pembuluh darah, peningkatan kadar gula darah, infeksi dan katarak. Penghentian pemberian obat ini harus dilakukan secara bertahap, tidak boleh secara mendadak (Saryono, 2011).

c)      DMARD: Pemilihan DMARD harus mempertimbangkan kepatuhan, beratnya penyakit, pengalaman dokter dan adanya penyakit penyerta. Methotrexate dan Sulfasalazine sering digunakan sebagai terapi awal, tetapi pada kasus yang lebih berat, MTX atau kombinasi terapi mungkin digunakan sebagai terapi lini pertama. Banyak bukti menunjukkan bahwa kombinasi DMARD lebih efektif dibandingkan dengan terapi tunggal (Saryono, 2011).

 

M.    Penatalaksanaan Keperawatan

1)      Pemberian terapi rehabilitas

Ada beberapa terapi rehabilitasi yang dibutuhkan oleh penderita rematik (Purwoastuti, 2009) yaitu:

a.       Edukasi: pada edukasi ini pasien diberi informasi yang lengkap dan benar mengenai pengobatan dan perjalanan penyakit ke depan.

b.      Fisioterapi: berbagai aktivitas latihan yang diperlukan untuk mendapatkan gerak sendi yang baik dan optimal, agar massa otot tetap dan stabil.

c.       Okupasi: okupasi bertujuan untuk membantu pasien agar dapat melakukan tugas sehari-hari, yakni dengan memosisikan sendi secara baik sehingga dapat berfungsi dengan baik dan terhindar dari gerakan berlebihan yang dapat menimbulkan nyeri.

d.      Diet: diet diutamakan untuk mengurangi berat badan yang berlebihan, dianjurkan mencapai berat badan 10-15% di bawah ideal. Kegemukan memberikan beban tekanan pada sendi penopang berat tubuh (Purwoastuti, 2009).

 

2)      Pengaturan olahraga dan  istirahat

Penderita rematik mau tidak mau harus menyeimbangkan kehidupannya antara istirahat dan beraktivitas. Kalau merasa nyeri atau pegal, pasien harus beristirahat. Namun harus diingat, istirahat tidak boleh berlebihan karena dapat mengakibatkan kekakuan pada otot dan sendi (Junaidi, 2006).

Latihan dan olahraga yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

a.       Range of motion exercises: merupakan latihan fisik yang membantu menjaga pergerakkan normal sendi, memelihara atau meningkatkan fleksibilitas dan menghilangkan kekakuan sendi (Junaidi, 2006).

b.      Aerobic atau endurance exercises: untuk meningkatkan kesehatan pembuluh darah jantung, membantu menjaga berat badan ideal dan memperbaiki kesehatan secara menyeluruh (Junaidi, 2006).

 

3)      Pemberian Mobilisasi dan relaksasi

Mobilisasi dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dan memperbaiki kekakuan pada sendi yang terserang rematik. Relaksasi progresif membantu mengurangi nyeri dengan melakukan gerakan yang melemaskan otot yang tegang. Pada relaksasi progresif, gerakan yang dilakukan adalah pada satu saat mengencangkan kumpulan otot tertentu, kemudian secara perlahan melemaskannya atau merelaksasikannya (Junaidi, 2006).

 

4)      Pemberian suplemen dan sayuran

Obat-obat suplemen dan sayuran yang dapat digunakan bagi penderita rematik adalah sebagai berikut: Jus sayuran: dapat membantu mengurangi gejala arthritis (Putra, 2009).


DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Sylvia Price. (2006). Pathofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6 Volume II. Jakarta : EGC

Doenges E Marilynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Herdman, Heather. (2010). Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

Kalim.Handono.(1996). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Mansjoer, Arif, dkk. (2009). Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta: Media Aesculapius

Mansjoer.Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculaapius FKUI.

Mc Closkey Dochterman, Joanne. (2004). Nursing Interventions Classification (NIC). America : Mosby

Morhead, Sue. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.