Info Seputar Hipertensi
2.1 Definisi Hipertensi
Menurut WHO, penyakit
hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan
160mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg.
2.2 Etiologi
1. Hipertensi
essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
2. Hipertensi
sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (penyakit
ginjal, hipertensi vaskuler renal, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan)
2.3
Faktor Resiko
1.
Faktor keturunan
2.
Usia
3.
Asupan makanan tinggi garam
4.
Obesitas
5.
Stress
6.
Merokok dan minum alkohol
7.
Makanan tinggi lemak atau kolesterol
8.
Kurang olahraga
2.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi
sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh
darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
mengakibatkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
2.5 Tanda dan Gejala
1. Sakit kepala
2. Pusing / migraine
3. Rasa berat di tengkuk
4. Penyempitan pembuluh darah
5. Penglihatan kabur
6. Lemah dan lelah
7. Sesak nafas
8. Mual
2.6 Tes Diagnotik
1) Pemeriksaan
laboratorium rutin ((urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium,
natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL))
2) Pemeriksaan EKG, IVP,
klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan ekordiografi.
3) Pemeriksaan
diagnostik meliputi: BUN/creatinin, glukosa (DM), kalium serum, kalsium serum, kolesterol
dan tri gliserit, tiroid, urinanalisa protein, gula, dan asam urat.
4) Pemeriksaan radiologi meliputi
Foto dada dan CT scan
2.7 Klasifikasi
Klasifikasi
hipertensi menurut WHO:
Kategori |
Sistol (mmHg) |
Diastol (mmHg) |
Optimal |
<120 |
<80 |
Normal |
<130 |
<85 |
Tingkat I (hipertensi ringan) |
140-159 |
90-99 |
Sub group: Perbatasan |
140-149 |
90-94 |
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) |
160-179 |
100-109 |
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) |
>180 |
>110 |
Hipertensi Sistol terisolasi |
>140 |
<90 |
Sub group: Perbatasan |
140-149 |
<90 |
Klasifikasi hipertensi menurut The Joint National
Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure yaitu
:
Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun
atau Lebih * |
||
Kategori |
Sistolik (mmhg) |
Diastolik (mmhg) |
Normal |
< 130 |
<85 |
Normal tinggi |
130-139 |
85-89 |
Hipertensi |
||
Tingkat 1 (ringan) |
140-159 |
90-99 |
Tingkat 2 (sedang) |
160-179 |
100-109 |
Tingkat 3 (berat) |
≥180 |
≥110 |
2.8 Penatalaksanaan Medis dan Farmakologi
1. Penatalaksanaan medis, meliputi:
a)
Diet rendah garam / kolesterol
/ lemak jenuh
b)
Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
c)
Ciptakan keadaan
rileks,seperti meditasi, yoga atau hipnosis
d) Melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan
cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
e)
Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
2. Penatalaksanaan farmakologis
dengan menggunakan obat atas ijin dokter.
1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dengan dosis
tunggal pada pagi hari (pada hipertensi dalam keadaan kehamilan, hanya
digunakan apabila disertai hemokonsentrasi
atau udem paru).
2)
Reserpin 0,1-0.25 mg/hari sebagai dosis tunggal.
3) Propranolol mulai dari 10 mg 2 x sehari yang dapat dinaikkan 20
mg 2xsehari (kontraindikasi untuk penderita asma).
4) Captropil 12,5-25 mg sebanyak
2-3xsehari (kontra indikasi pada kehamilan selama janin hidup dan penderita
asma).
5)
Nifedipin mulai dari 5mg 2xsehari, bisa dinaikkan 10mg 2xsehari.
2.9 Komplikasi
1)
Penyakit pembuluh
darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic attack
(TIA).
2)
Penyakit jantung
seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).
3)
Penyakit ginjal
seperti gagal ginjal.
4)
Penyakit mata seperti
perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Alimul. 2009. Konsep Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika
Bruner
dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta: EGC.
H, MacDougall, C., & Murphy, B. 2007. Understanding Health Promotion.
Victoria, Australia : Oxford University Press.
Herdman, T.
Heather. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi Edisi
11. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C.2001. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar: