Asuhan Keperawatan pada Penderita HIV/AIDS
A. Pengkajian
1.
Identitas
pasien
2.
Riwayat
Kesehatan
§ Keluhan utama
Keluhan yang paling sering terjadi
seperti demam dan penurunan berat >10% tanpa sebab disertai dengan diare
(Nurarif & Kusuma, 2015)
§ Riwayat kesehatan sekarang
Klien merasakan sariawan yang tidak
kunjung sembuh, diare kronik selama 1 bulan terus-menerus, demam berkepanjangan
(Gallant, 2010). Biasanya pasien mengeluh hipoksia, sesak nafas, jari tabuh,
limfadenopati (Jauhar & Bararah, 2013)
§ Riwayat kesehatan dulu
Pada pasien HIV/AIDS sering dijumpai
riwayat yang bergonta-ganti pasangan maupun menggunakan jarum suntik, transfusi
darah yang mengandung HIV (Gallant, 2010). Sebelumnya pasien mengeluh mengalami
penurunan BB lebih dari 10%, demam, dan batuk dengan waktu yang cukup
lama. (Jauhar & Bararah, 2013)
- Alasan
masuk rumah sakit
Pasien
diare terus-menerus (Katiandagho, 2015)
§ Riwayat penyakit keluarga
Umumnya infeksi HIV/AIDS ditularkan kepada bayi ketika dalam
kandungan atau masa menyusui (Nurarif & Kusuma, 2015)
- Riwayat
pengobatan
Pemberian
obat ARV terdiri atas beberapa golongan seperti nucleoside reverse
transcriptase inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non
nucleoside reverse transcriptase inhibitor, dan inhibitor protease. (Yulrina
& Lusiana, 2015)
3.
Pemeriksaan
fisik
§ Keadaan Umum
Umumnya
pasien dengan infeksi HIV/AIDS akan menunjukkan keadaan yang kurang baik karena
mengalami penurunan BB (>10%) tanpa sebab, diare kronik tanpa sebab sampai
>1 bulan, demam menetap (Nurarif & Kusuma, 2015)
a.
Kesadaran
Kesadaran
Pasien melemah (Katiandagho, 2015)
b.
Tanda
tanda vital
§ Tekanan darah normal atau sedikit mesnurun.
§ Denyut perifer kuat dan cepat
(Kunoli, 2012)
GSC 4 6 5, T = 150/100 mmHg
S =
38 C
RR =
25x/mnt
N =
95 /mnt (Yulrina & Lusiana, 2015)
§ Body Sistem
a.
Sistem
pernafasan
§ Hidung : simetris, pernafasan, cuping hidung.
§ Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar lymfe di
sub mandibula.
§ Dada : bentuk dada normal,
perbandingan
ukuran anterior-posterior dengan tranversal 1:1
Gerakan dada : simetris, tidak terdapat reaksi`
Suara nafas : ronki
Suara nafas tambahan : ronki (Nurarif & Kusuma, 2015)
Inspeksi : batuk menetap lebih dari
1 bulan, bentuk dada barrel chest (Muttaqin & Sari, 2011)
b.
Sistem
kardiovaskuler
Inspeksi : sianosis, hipotensi, edema perifer
(Wijayaningsih, 2013)
Palpasi : Takikardi (Wijayaningsih, 2013)
§ Conjungtiva : tidak anemia, bibir pucat/ cyanosis, arteri carotis :
berisi regular tekanan vena jugularis tidak meninggi.
§ Ukuran jantung : tidak ada pembesaran.
§ Suara jantung : tidak ada bunyi abnormal
§ Capillary refilling time > 2
detik(Yulrina & Lusiana, 2015)
c.
Sistem
persarafan
§ Fungsi selebral : status mental orientasi masih tergantung
orang tua, kesadaran mata (membuka mata spontan). Motorik (bergerak mengikuti
perintah). Verbal (bicara normal)
§ Fungsi karnial : saat pemeriksaan tidak ditemukan
tanda-tanda kelainan dari nervus 1-7.
§ Fungsi motorik : klien nampak lemah, seluruh aktivitasnya
dibantu.
§ Fungsi sensorik :suhu nyeri, getaran, posisi deskriminasi
(terkesan terganggu)
§ Fungsi cerebellum : koordinasi
keseimbangan, kesan normal.
§ Refleks :bisip, trisep, patella dan babinski terkesan
normal. (Katiandagho, 2015)
d.
Sistem
perkemihan
§ Urin produksi oliguria sampai anuria
( 200-400 ml/24 jam ) frekuensi berkurang
§ Tidak ditemukan odema
§ Tidak ditemukan adanya nokturia,
disuria, dan kencing batu`(Yulrina & Lusiana, 2015)
Pada kondisi berat didapatkan penurunan urine output respons
dari penurunan curah jantung (Mutaqin, 2011).
Inspeksi : tidak mengalami perubahan pada produsi urine
Palapasi : nyeri tekan abdominal (Muttaqin & Sari, 2011)
e.
Sistem
pencernaan
Inspeksi : diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan,
berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan (Bararah & Jauhar, 2013)
§ Mulut : terjadi peradangan pada mukosa mulut
Inspeksi : lesi pada rongga mulut, adanya selaput
putih/perubahan warna mukosa mulut (Bararah & Jauhar, 2013)
§ Abdomen : distensi abdomen,
peristaltic meningkat >25x/mnt akibat adanya virus yang menyerang usus.
§ Gaster : nafsu makan menurun, mules, mual muntah, minum normal
§ Anus : meradang gatal dan terdapat bintik`(Jauhar & Bararah,
2013)
f.
Sistem
integument
Inspeksi : munculnya bercak-bercak
gatal diseluruh tubuh yang mengarahkan kepada penularan HIV/AIDS menuju jarum
suntik , turgor kulit jelek (Katiandagho, 2015).
§ Warna kulit pucat dan terdapat
bintik-bintik dengan rasa gatal, turgor menurun >dl
§ Suhu meningkat 39⁰c, akral hangat, akral
hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memanjang >2 dl,
kemerahan pada daerah perineal (Yulrina & Lusiana, 2015)
g.
Sistem
musculoskeletal
Respon sistemik akan menyebabkan malaise,
kelemahan fisik, dan didapatkan nyeri otot ekstremitas (Mutaqin, 2011).
§ Kepala : bentuk kurang baik, sedikit nyeri
§ Vertebrae : tidak ditemukan skoliosis, kiposis, ROM pasif klien malas
bergerak, aktivitas utama pasien adalah berbaring di tempat tidur
§ Lutut : tidak bengkak, tidak kaku ,gerakan aktif, kemampuan baik
§ Tangan tidak bengkak , gerakan dan
rom aktif (Jauhar & Bararah, 2013)
h.
Sistem
endokrin
Inspeksi : terdapat
pembengkakan pada kelenjar getah bening
Palpasi : teraba
pembesaran kelenjar getah bening (Gallant, 2010).
§ Kelenjar tiroid tidak nampak, tidak
ada pembesaran.
§ Suhu tubuh tidak tetap, keringat
normal.
§ Tidak ada riwayat diabetes (Yulrina
& Lusiana, 2015)
i.
Sistem
reproduksi
§ Alat genetalia termasuk glans penis
dan oraficum uretra esksternal merah dan gatal. (Setiati, 2014)
Inspeksi
: ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan atau
saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI) (Nurarif & Kusuma, 2015)
j.
Sistem
penginderaan
§ Mata : agak cekung
Inspeksi : mata
anemia, gangguan refleks pupil, vertigo (Wijayaningsih, 2013)
§ Hidung : penciuman kurang baik
§ Telinga : kurang bersih akibat penyebaran penyakit, fungsi pendengaran
kesan baik.
Inspeksi: kehilangan pendengaran dengan efek
nyeri yang berhubungan dengan mielopati, meningitis, sitomegalovirus dan reaksi-reaksi
otot (Bararah & Jauhar, 2013)
k.
Sistem
imun
§ Klien tidak ada riwayat energi
§ Imunisasi lengkap
§ Penyakit yang berhubungan dengan
perubahan.cuaca tidak ada
§ Riwayat transfuse darah tidak ada
(Yulrina & Lusiana, 2015)
l.
Sistem
imunitas
Inspeksi : pasien dengan HIV/AIDS cenderung mengalami
penurunan imun akibat rusaknya CD4 (Gallant, 2010).
B. Diagnosa
Keperawatan
1.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan asupan oral
2. Intoleransi
Aktifitas berdasarkan keadaan mudah letih, kelemahan, malnutrisi, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Ketidakefektifan
bersihan jalan napas berdasarkan pneumonia carinii (PCVP) peningkatan sekresi
bronkus dan penurunan kemampuan untuk batuk menyertai kelemahan serta keadaan
mudah letih
4.
Defisiensi
pengetahuan berdasarkan cara-cara mencegah penularan HIV dan perawatan mandiri
C. Rencana
Tindakan Keperawatan
1.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan asupan oral
1)
Tentukan
motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
2)
Pantau
nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit.
3)
Manajemen
nutrisi (NIC)
a). Ketahui makanan kesukaan pasien
b). Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi
c). pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
d). Timbang pasien pada interval yang tepat
4) 4) Buat perencanaan makan dengan pasien
yang masuk dalam jadwal makan, lingkungan makan, kesukaan dan ketidaksukaan
pasien, serta suhu makanan
5)
Dukung
anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah
6)
Bantu
pasien menulis tujuan mingguan yang realistis untuk latihan fisik dan asupan
makanan
7)
Anjurkan
pasien untuk menampilkan tujuan makan dan latihan fisik di lokasi yang terlihat
jelas dan kaji ulang setiap hari
8)
Tawarkan
makanan porsi besar di siang hari ketika nafsu makan tinggi
9)
Ciptakan
lingkungan yang menyenangkan untuk makan (misalnya, pindahkan barang-barang dan
cairan yang tidak sedap dipandang)
10) Hindari prosedur invasif sebelum
makan
11) Suapi pasien jika perlu
12) Manajemen Nutrisi (NIC)
- Berikan
pasien minuman kudapan bergizi, tinggi protein tinggi kalori yang siap
dikonsumsi, bila memungkinkan
- Ajarkan
pasien tentang cara membuat catatan harian makanan jika perlu (Wilkinson
& Wilkinson, 2011).
2. Intoleransi
Aktivitas berdasarkan keadaan mudah letih, kelemahan mlnutrisi, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
1) Kaji tingkat kemampuan pasien untuk
berpindah dari tempat tidur berdiri, ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI
2) Kaji respon emosi, sosial, dan
spiritual terhadap aktivitas
3) Evaluasi motivasi dan keinginan
pasien untuk meningkatkan aktivitas
4) Manajeman energi (NIC)
- Tentukan penyebab keletihan
(misalnya, perawatan, nyeri pengobatan)
- Pantau respon kardiorespiration
terhadap aktivitas (misalnya takikardia, distremia, dispnea, diaforesis,
tekanan hemodinamik, dan frekuensi pernapasan)
- Pantau respon oksigen pasien
(misalnya, denyut nadi, irama jantung dan frekuensi pernapasan) terhadap
aktivitas perawatan diri atau aktivitas keperawatan
- Pantau asupan nutrisi untuk
memastikan sumber-sumber energi yang adekuat
- Pantau dan dokumentasikan pola
tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam jam
5) Pantau tanda-tanda vital sebelum,
dan setelah beraktivitas hentikan aktivitas atau tanda-tanda bahwa aktivitas
dapat ditoleransi (misalnya nyeri dad, pucat, vertigo, dispnea)
6) Rencanakan aktivitas bersama pasien
dan keluarga yang meningkatkan kemandirian dan ketahuan sebagai contoh :
anjurkan periode untuk istirahat dan aktivitas secara bergantian, buat tujuan
yang sederhana, realistis, dan dapat dicapai oleh pasien yang dapat
meningkatkan kemandirian dan harga diri
7) Manajemen Energi ( NIC )
- Bantu
pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas
- Rencanakan
aktivitas pada periode saat pasien memiliki energi yang banyak
- Bantu
dengan aktivitas fisik teratur (misalnya, ambulasi, berpindah, mengubah
posisi, dan perawatan personal) , jika perlu (Wilkinson & Wilkinson,
2011)
3. Ketidakefektifan
bersihan jalan napas berdasarkan pneumonia carinii (PCVP) peningkatan sekresi
bronkus dan penurunan kemampuan untuk batuk menyertai kelemahan serta keadaan
mudah letih
1)
Pantau
adanya pucat dan sianosis
2)
Pantau
efek obat pada status pernapasan
3)
Tentukan
lokasi dan luasnya krepitasi di sangkar iga
4)
Kaji
kebutuhan insersi jalan napas
5)
Observasi
dan dokumentasikan ekspansi dada bilateral pada pasien yang terpasang
ventilator.
6)
Pemantauan
pernapasan (NIC)
§
Pantau
kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan
§
Perhatikan
pergerakan dada, amati kesimentrisan, penggunaan otot-otot bantu, serta
retraksi otot supraklavikular dan interkosta
§
Pantau
pola pernapasan : bradipnea; takipnea; hiperventilasi; pernapasan kussmaul;
pernapasan cheyne-stokes; dan pernapasan apneastik, pernapasan biot dan pola
ataksik
§
Perhatikan
lokasi trakea
§
Auskultasi
suara napas, perhatikan area penurunan/ tidak adanya ventilasi dan adanaya
suara napas tambahan
§
Pantau
peningkatan kegelisahan, ansietas, dan lapar udara
§
Catat
perubahan pada SaO2, CO2 akhir-tidal,
dan nilai gas darah arteri (GDA), jika perlu.
7) Hubungkan dan dokumentasikan semua
data hasil pengkajian (misalnya sensori, suara napas, pola pernapasan, nilai
GDA, sputum, dan efek obat pada pasien)
8)
Bantu
pasien untuk menggunakan spirometer insentif, jika perlu
9)
Tenangkan
pasien selama periode gawat napas
10) Anjurkan napas dalam melalui abdomen
selama periode gawat napas
11) Untuk memperlambat frekuensi
pernapaan, bimbing pasien menggunakan teknik pernapasan bibir mncucu dan
pernapasan terkontrol
12) Lakukan pengisapan sesuai denagn
kenutuhan untuk membersihkan sekret
13) Minta pasien untuk mengubah posisi,
batuk dan napas dalam
14)Informasikan kepada pasien sebelum
memulai prosedur, untuk menurunkan ansietas dan meningkatakan perasaan kendali
15) Pertahankan oksigen aliran rendah
denagn kanula nasal, masker atau sungkup.
16) Atur posisi pasien untuk
mengoptimalkan pernapasan
17) Sinkronisasikan antara pola pernapasan klien dan kecepatan ventilasi.
4.
Defisiensi
pengetahuan berdasarkan cara-cara mencegah penularan HIV dan perawatan mandiri
1)
Tentukan
kebutuhan belajar pasien
2) Lakukan
penilaian terhadap tingkat pengetahuan pasien saat ini dan pemahaman terhadap
materi (misalnya, pengetahuan tentang prosedur atau penanganan yang
diprogramkan)
3) Tentukan
kemampuan pasien untuk mempelajari informasi khusus (misalnya, tingkat
perkembangan, satatus psikologis, orientasi, nyeri, keletihan, kebutuhan dasar
yang tidak terpenuhi, keadaan emosional, dan adaptasi terhadap penyakit)
4) Tentukan
motivasi pasien untuk mempelajari informasi tertentu (yaitu kepercayaan
kesehatan, riwayat ketidakpatuhan, pengalaman buruk dengan perawatan kesehatan
dan pelajaran kesehatan serta tujuan yang bersebrangan)
5)
Kaji
gaya belajar pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Bararah, T., & Jauhar, M.
(2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat Profesional. Jakarta:
Media Pustaka.
Desmon. (2015). Epidemiologi Hiv/Aids. Bogor: In Media- Anggota IKAPI.
Gallant, J. (2010). Hiv Dan Aids. Jakarta: PT Indeks.
Jauhar, M., & Bararah, T.
(2013). Asuhan Keperawatan. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Katiandagho, D. (2015). Epidemiologi HIV/AIDS. Bogor: In Media-Anggota IKAPI.
Kunoli, F. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: CV Trans
Media.
Muttaqin, A., & Sari, K. (2011). Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H.
(2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &NANDA
NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.
PPNI, T. P.(2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI
Setiati, S. (2014). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
Tim Pokja SIKI DPP
PPNI. (2017). Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia Definisi Dan Indikator Diagnostik Edisi 1 Cetakan Iii
(Revisi). Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP
PPNI. (2018). Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia Definisi Dan Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
: DPP PPNI
Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak . Jakarta Timur : Trans
Info Media .
Wilkinson, & Wilkinson, J. M.
(2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi-9. Jakarta: EGC.
Yulrina, A., & Lusiana, N. K.
(2015). Bahan Ajar Aids Pada Asuhaan Kebidanan. Yogyakarta:
Depublish.
Tidak ada komentar: