Info Seputar Gangguan Konsep Diri

April 13, 2021
 

A.    Definisi

Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan realitas dunia. (Mukhripah Damaiyanti, Iskandar, 2012: 35)

Konsep diri adalah penilaian subjektif individu terhadap dirinya, perasaan sadar atau tidak sadar dan persepsi terhadap fungsi, peran dan tubuh. (Farida Kusumawati, Yudi H, 2010: 64)

 

B.     Etiologi

1)      Faktor predisposisi

  Biologi

Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat atau sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti: suhu dingin atau panas, suara bising, rasa nyeri atau sakit, kelelahan fisik, lingkungan yang tidak memadai dan pencemaran (polusi) udara atau zat kimia.

  Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Stressor yang lain adalah konflik, tekanan, krisis dan kegagalan. 

  Sosio kultural

Stereotip peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.

 

2)      Faktor presipitasi 

Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu ( internal or external sources ) yang terdiri dari:

·         Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.

·          Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa tidak adekuat melakuakan peran atau melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa cocok dalam melakukan perannya. Ada 3 jenis transisi peran, yaitu

1.      Perkembangan transisi, yaitu perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Pertumbuhan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai, serta tekanan untuk menyesuaikan diri.

2.      Situasi transisi peran adalah bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui peristiwa penting dalam kehidupan individu seperti kelahiran atau kematian.

3.      Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit, transisi ini dapat dicetuskan oleh :

a.    Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh

b.   Perubahan fisik yang berkaitan dengan tumbuh kembang normal.

 

C.    Klasifikasi

1)      Citra Tubuh (Body image)

Citra tubuh (body image) adalah kumpulan sikap individu yang disadari atau tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Citra tubuh dimodifikasi secara berkesinambungan dengan persepsi dan pengalaman baru. Hal-hal penting yang terkait dengan gambaran diri seperti:

a.       Fokus individu terhadap fisik lebih menonjol pada usia remaja.

b.      Bentuk tubuh, tinggi badan, dan berat badan

c.       Tanda-tanda pertumbuhan kelamin sekunder.

d.      Cara individu memandang diri.

e.       Gambaran realistik terhadap menerima dan menyukai bagian-bagian tubuh.

f.       Stabilitas psikologis.

 

2)      Ideal Diri (Self Ideal)

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana seharusnya dia berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu. Ideal diri juga sering disebut sama dengan cita-cita, keinginan, harapan, tentang diri sendiri.

 

3)      Identitas Diri (Self Identifity)

Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari pengamatan dan penilaian yang merupakan sintetis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.

 

4)      Peran Diri (Self Role)


Peran diri merupakan pola perilaku, sikap, nilai dan aspirasi yang diharapkan individu berdasarkan posisinya di masyarakat. Hal-hal penting yang terkait dengan peran diri, yaitu:

a.       Peran dibutuhkan individu sebagai aktualisasi diri.

b.      Peran yang memenuhi kebutuhan dan yang sesuai dengan ideal diri, menghasilkan harga diri yang tinggi, dan sebaliknya.

c.       Posisi individu di masyarakat dapat menjadi stressor terhadap peran.

d.      Stress peran timbul karena struktur sosial yang menimbulkan kesulitan atau tuntutan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan.

e.       Stress peran terdiri dari konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang tidak sesuai, dan peran yang terlalu banyak atau berlebihan.

 

5)      Harga Diri (Self Esteem)

Harga diri merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan tetap measa sebagai orang yang penting dan berharga. Aspek utama harga diri adalah dicintai, disayangi, dikasihi orang lain dan mendapat penghargaan dari orang lain. (Mukhripah Damaiyanti, Iskandar, 2012: 35-37)

 

D.    Tanda dan Gejala

1)      Fisiologis

Gejala fisiologis yang timbul antara lain, peningkatan frekuensi jantung, peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi pernapasan, diaphoresis, dilatasi pupil, tremor suara (perubahan nada suara), gemetar, menggigil, palpitasi, mual atau muntah, berkemih sering, diare, insomnia, keletihan dan kelemahan, kemerahan atau pucat, mulut kering, sakit dan nyeri di bagian tubuh (terutama dada, punggung, leher), kegelisahan, pingsan/pening, paratesia, dan anoreksia. (Carpenito,2009)

 

2)      Emosional

Individu menyatakan bahwa ia merasa ketakutan, tidak berdaya, gugup, kurang percaya diri, kehilangan kendali, ketegangan meningkat, tidak mampu rileks, individu menampakkan iritabilitas/tidak sadar, marah yang meledak, menangis, cenderung menyalahkan orang lain, reaksi mengagetkan, mengkritik diri dan orang lain, menarik diri, inisiatif rendah, celaan terhadap diri, kontak mata buruk. (Carpenito,2009)

 

3)      Kognitif

Ketidakmampuan berkonsentrasi, rendahnya kesdaran terhadap sekitar, pelupa, merenung, orientasi terhadap masa lalu dari pada sekarang atau masa depan, bloking saat berpikir, menurunnya kemampuan belajar, dan konfusi. (Carpenito,2009)

 

E.     Penatalaksanaan Medis

a.       Psikofarmakol

Adalah terapi dengan menggunakan obat, tujuannya untuk mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa. obat yang biasa digunakan di RS jiwa antara lain:

1)      Anti psikosis

·         Cloropromazin (thorazime) dosis 25-2000mg/hari

·         Haloperidol (hal dol) dosis 2-40 mg/hari indikasi digunakan untuk pengobatan psiko, mengobati masalah perilaku yang berat pada anak-anak yang berhubungan dengan keadaan yang tiba-tiba meledak, mengontrol mual dan muntah yang berat dan kecemasan berat. Kontra indikasi: hiperaktif , glaukoma, hamil dan menyusui. Efek samping yaitu anemia, mulut kering, mual dan muntah, konstipasi, diare, hipotensi, aritmia kordis, takikardi, ekstrapiramidal, penglihatan berkabut.


b.      Pengobatan somatik

1)      Elektro convulsif terapi (ECT)

Merupakan pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal yang menghasilkan afek terapi dengan menggunakan arus listrik berkekuatan75-100 volt. Cara kerja belum diketahui secara jelas namun dapat dikatakan bahwa therapi konvulsif dapat memperpendek lamanya skizofrenia dan dapat mempermudah kontak dengan orang lain , indikasi ECT yaitu depresi berat dan bila terapi obat-obat belum berhasil (gangguan berpolar) klien yang sangat mania,hiperaktif, klien resiko tinggiunuh diri, psikosis akut skozoprenia.

2)      Pengkajian fisik

Terdiri dari pengekangan mekanik dan isolasi. Pengekangan mekanik dilakukan dengan menggunakan manset untuk pergelangan tangan dan kaki serta sprei pengekang. Isolasi yaitu menempatkan klien dalam suatu ruangan tertentu di rumah sakit.indikasi: pengendalian prilaku amuk yang membahayakan diri dan orang lain. Kontra indikasi: resiko tinggi bunuh diri, hukuman.

c.       Psikoterapi

Psikoterapi membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian penting proses teraupetik, upaya dalam psikoterapi yaitu memberikan rasa aman dan tenang. Menerima klien apa adanya, motivasi klien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah sopan dan jujur pada klien.

 

d.      Terapi modalitas

Terapi okupasi: adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau juga yang segala dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri. (Arief Ferri, 2010)

 


DAFTAR PUSTAKA

Calhoun, JF & Acocella, J.R. (1995). Psychology of Adjusment and Human Relationship. New. York : Mc Graw Hill, Inc.

Carpenito, Lynda. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Damaiyanti, I. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Keliat, B. A. (2001). Gangguan Konsep Diri. Jakarta: EGC.

Keliat, Budi.A., Panjaitan, R.U., & Daulima, N.H.C. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2. Jakarta : EGC

Kusumawati, H. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Jakarta: ANDI

Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan Buku 3 Ed.7. Jakarta: Salemba

Stuart & Sundeen. (2006). Keperwatan psikiatrik: Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta : EGC

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi Dan Indikator Diagnostik Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi Dan Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.