Info Seputar Gangguan Konsep Diri
A.
Definisi
Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan
kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu
lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya
sendiri, dengan orang terdekat dan realitas dunia. (Mukhripah Damaiyanti,
Iskandar, 2012: 35)
Konsep diri adalah penilaian subjektif individu terhadap
dirinya, perasaan sadar atau tidak sadar dan persepsi terhadap fungsi, peran
dan tubuh. (Farida Kusumawati, Yudi H, 2010: 64)
B. Etiologi
1) Faktor predisposisi
Biologi
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang
tidak tercapai karena dirawat atau
sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti: suhu dingin atau panas, suara bising, rasa nyeri atau sakit,
kelelahan fisik, lingkungan yang
tidak memadai dan pencemaran (polusi) udara atau zat kimia.
Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Stressor
yang lain adalah konflik, tekanan, krisis dan kegagalan.
Sosio kultural
Stereotip peran gender, tuntutan peran kerja,
harapan peran budaya, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan
struktur sosial.
2) Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari
dalam atau faktor dari luar individu ( internal or external sources ) yang
terdiri dari:
·
Trauma,
seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam
kehidupan.
·
Ketegangan
peran
adalah perasaan frustasi
ketika individu merasa tidak adekuat
melakuakan peran atau melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa cocok dalam melakukan perannya. Ada 3 jenis transisi peran,
yaitu
1. Perkembangan
transisi, yaitu perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Pertumbuhan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan
individu atau keluarga
dan norma-norma budaya,
nilai-nilai, serta tekanan
untuk menyesuaikan diri.
2. Situasi
transisi peran adalah bertambah atau berkurangnya anggota keluarga
melalui peristiwa penting
dalam kehidupan individu
seperti kelahiran atau
kematian.
3. Transisi
peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
sakit, transisi ini dapat dicetuskan oleh :
a.
Perubahan ukuran dan bentuk,
penampilan atau fungsi
tubuh
b.
Perubahan fisik yang berkaitan
dengan tumbuh kembang
normal.
C.
Klasifikasi
1)
Citra Tubuh
(Body image)
Citra tubuh
(body image) adalah kumpulan sikap individu yang disadari atau tidak disadari
terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang
tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Citra tubuh dimodifikasi secara
berkesinambungan dengan persepsi dan pengalaman baru. Hal-hal penting yang
terkait dengan gambaran diri seperti:
a. Fokus individu terhadap fisik lebih menonjol pada
usia remaja.
b. Bentuk tubuh, tinggi badan, dan berat badan
c. Tanda-tanda pertumbuhan kelamin sekunder.
d. Cara individu memandang diri.
e. Gambaran realistik terhadap menerima dan menyukai
bagian-bagian tubuh.
f. Stabilitas psikologis.
2)
Ideal Diri (Self
Ideal)
Ideal diri
adalah persepsi individu tentang bagaimana seharusnya dia berperilaku
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu. Ideal diri
juga sering disebut sama dengan cita-cita, keinginan, harapan, tentang diri
sendiri.
3)
Identitas Diri
(Self Identifity)
Identitas diri
adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari pengamatan dan penilaian
yang merupakan sintetis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan
yang utuh.
4)
Peran Diri (Self
Role)
Peran diri merupakan pola perilaku, sikap, nilai dan
aspirasi yang diharapkan individu berdasarkan posisinya di masyarakat. Hal-hal
penting yang terkait dengan peran diri, yaitu:
a. Peran dibutuhkan individu sebagai aktualisasi diri.
b. Peran yang memenuhi kebutuhan dan yang sesuai dengan
ideal diri, menghasilkan harga diri yang tinggi, dan sebaliknya.
c. Posisi individu di masyarakat dapat menjadi stressor
terhadap peran.
d. Stress peran timbul karena struktur sosial yang
menimbulkan kesulitan atau tuntutan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan.
e. Stress peran terdiri dari konflik peran, peran yang
tidak jelas, peran yang tidak sesuai, dan peran yang terlalu banyak atau
berlebihan.
5)
Harga Diri (Self
Esteem)
Harga diri
merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri
yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa
syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan tetap measa
sebagai orang yang penting dan berharga. Aspek utama harga diri adalah
dicintai, disayangi, dikasihi orang lain dan mendapat penghargaan dari orang
lain. (Mukhripah Damaiyanti, Iskandar, 2012: 35-37)
D.
Tanda dan Gejala
1)
Fisiologis
Gejala fisiologis yang timbul
antara lain, peningkatan frekuensi jantung, peningkatan tekanan darah,
peningkatan frekuensi pernapasan, diaphoresis, dilatasi pupil, tremor suara
(perubahan nada suara), gemetar, menggigil, palpitasi, mual atau muntah,
berkemih sering, diare, insomnia, keletihan dan kelemahan, kemerahan atau pucat,
mulut kering, sakit dan nyeri di bagian tubuh
(terutama dada, punggung, leher), kegelisahan, pingsan/pening, paratesia, dan
anoreksia. (Carpenito,2009)
2)
Emosional
Individu menyatakan bahwa ia
merasa ketakutan, tidak berdaya, gugup, kurang percaya diri, kehilangan
kendali, ketegangan meningkat, tidak mampu rileks, individu menampakkan
iritabilitas/tidak sadar, marah yang meledak, menangis, cenderung menyalahkan
orang lain, reaksi mengagetkan, mengkritik diri dan orang lain, menarik diri, inisiatif rendah, celaan terhadap diri, kontak mata buruk.
(Carpenito,2009)
3)
Kognitif
Ketidakmampuan berkonsentrasi,
rendahnya kesdaran terhadap sekitar, pelupa, merenung, orientasi terhadap masa lalu dari pada sekarang atau masa depan, bloking saat berpikir, menurunnya kemampuan belajar, dan
konfusi. (Carpenito,2009)
E.
Penatalaksanaan Medis
a.
Psikofarmakol
Adalah terapi
dengan menggunakan obat, tujuannya untuk mengurangi atau menghilangkan gejala
gangguan jiwa. obat yang biasa digunakan di RS jiwa antara lain:
1) Anti psikosis
·
Cloropromazin
(thorazime) dosis 25-2000mg/hari
·
Haloperidol (hal
dol) dosis 2-40 mg/hari indikasi digunakan untuk pengobatan psiko, mengobati
masalah perilaku yang berat pada anak-anak yang berhubungan dengan keadaan yang
tiba-tiba meledak, mengontrol mual dan muntah yang berat dan kecemasan berat. Kontra
indikasi: hiperaktif , glaukoma, hamil dan menyusui. Efek samping yaitu anemia,
mulut kering, mual dan muntah, konstipasi, diare, hipotensi, aritmia kordis,
takikardi, ekstrapiramidal, penglihatan berkabut.
b.
Pengobatan
somatik
1) Elektro convulsif terapi (ECT)
Merupakan pengobatan untuk menimbulkan kejang grand
mal yang menghasilkan afek terapi dengan menggunakan arus listrik
berkekuatan75-100 volt. Cara kerja belum diketahui secara jelas namun dapat dikatakan
bahwa therapi konvulsif dapat memperpendek lamanya skizofrenia dan dapat
mempermudah kontak dengan orang lain , indikasi ECT yaitu depresi berat dan
bila terapi obat-obat belum berhasil (gangguan berpolar) klien yang sangat
mania,hiperaktif, klien resiko tinggiunuh diri, psikosis akut skozoprenia.
2) Pengkajian fisik
Terdiri dari pengekangan mekanik dan isolasi.
Pengekangan mekanik dilakukan dengan menggunakan manset untuk pergelangan
tangan dan kaki serta sprei pengekang. Isolasi yaitu menempatkan klien dalam
suatu ruangan tertentu di rumah sakit.indikasi: pengendalian prilaku amuk yang
membahayakan diri dan orang lain. Kontra indikasi: resiko tinggi bunuh diri,
hukuman.
c.
Psikoterapi
Psikoterapi
membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian penting proses
teraupetik, upaya dalam psikoterapi yaitu memberikan rasa aman dan tenang.
Menerima klien apa adanya, motivasi klien untuk dapat mengungkapkan perasaannya
secara verbal, bersikap ramah sopan dan jujur pada klien.
d.
Terapi modalitas
Terapi okupasi:
adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau juga yang segala dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri. (Arief Ferri, 2010)
DAFTAR PUSTAKA
Calhoun,
JF & Acocella, J.R. (1995). Psychology of Adjusment
and Human Relationship. New. York : Mc Graw Hill, Inc.
Carpenito, Lynda. (2009). Buku Saku
Diagnosa Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Damaiyanti, I. (2012). Asuhan
Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
Keliat, B. A. (2001). Gangguan
Konsep Diri. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi.A., Panjaitan, R.U., & Daulima,
N.H.C. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2. Jakarta : EGC
Kusumawati, H. (2010). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan
Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Jakarta: ANDI
Potter
& Perry. (2010). Fundamental Keperawatan Buku 3 Ed.7.
Jakarta: Salemba
Stuart & Sundeen. (2006). Keperwatan
psikiatrik: Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta : EGC
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi Dan Indikator Diagnostik Edisi 1
Cetakan III (Revisi). Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi Dan Tindakan Keperawatan Edisi 1
Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI
Tidak ada komentar: