Info Seputar Hiperemesis Gravidarum

Maret 31, 2021


 

A    Definisi

Menurut Nugroho (2012) hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang terjadi pada kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana apa yang segala dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, mengalami dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti apendisitis, pielititis dan sebagainya.

Nausea dan vomitus yang berat serta tidak dapat diatasi dan bertahan sesudah trimester pertama. Biasanya hiperemesis garvidarum terjadi pada kehamilan pertama dan umumnya mengenai ibu hamil dengan keadaan yang mengakibakan kadar HCG yang tinggi seperti pada penyakit trofoblastik kehamilan atau kehamilan kembar (Lockhart, 2014).

Menurut Varney (2010) hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah berlebihan selama kehamilan dengan intensitas lebih sering dan durasi lebih lama daripada mual dan muntah yang biasa dialami pada trimester pertama. Terkait dengan ketonemia, penurunan berat badan, dehidrasi dan abnormalitas kimia darah. Dapat terjadi pada trimester berapapun, biasanya dimulai pada trimester pertama dan menetap dengan derajat yang bervariasi sepanjang masa kehamilan.

 


B.     Etiologi

Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan Mochtar ( 2010) :

      Umumnya terjadi pada Primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG.

      Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.

      Faktor Psikologik, faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.

      Faktor endokrin , seperti hipertyroid, diabetes, peningkatan kadar HCG, dan lain-lain.

Menurut Lisnawati (2013) faktor predisposisi yang menimbulkan Hiperemesis Gravidarum adalah: primigravida, overdistensi uterus, faktor alergi, faktor psikologis, kehamilan yang tidak diinginkan, takut hamil, dan masalah keluarga.

 

C.    Tanda dan Gejala

            Tanda dan gejala yang terjadi pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum adalah: muntah yang tidak dapat dikontrol dengan pengobatan morning sickness, muntah pernisiosa, nafsu makan buruk, penurunan berat badan, dehidrasi, ketidak seimbangan elektrolit, asidosis akibat kelaparan, alkalosis karena asam hidroklorida berkurang ketika muntah, dan hipokalemia (Varney, 2010).

              Menurut Rukyah (2013) gejala hiperemesis gravidarum yaitu :

Tingkat 1

      Muntah terus menerus.

      Turgor kulit berkurang.

       Lidah kering.

      Tekanan darah turun,suhu meningkat nyeri epigastrium.

Tingkat 2

      Dehidrasi bertambah.

      Turgor kulit makin berkurang.

      Lidah kering dan kotor.

      Mata cekung.

      Tekanan darah menurun, nadi meningkat, mata ikterik.

      Urin berkurang.

      Napas berbau aseton.

Tingkat 3

      Dehidrasi berat.

      Mual dan muntah berhenti.

      Perdarahan esofagus, lambung dan retina.

      Gangguan fungsi hati bertambah .

      Ikterus meningkat.

      Gangguan kesadaran.

 

D.    Tes Diagnostik

1)      USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta. 

2)      Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.

3)      Pemeriksaan fungsi hepar : AST, ALT dan kadar LDH.

 

E.     Patofisiologi

Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah. Peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan lambung menjadi kosong. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi ibu hamil muda bila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi (Winkjosastro, 2010).

Menurut Manuaba (2012), patofisiologi hiperemesis gravidarum diawali dengan mual dan muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi, tekanan darah turun dan diuresis menurun. Hal ini menimbulkan perfusi kejaringan, menutup untuk memberikan nutrisi dan mengonsumsi O2. Oleh karena itu dapat terjadi perubahan metabolisme menuju arah anaerobik dengan menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebih dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu semua masalah tersebut dapat menimbulkan gangguan fungsi alat vital sebagai berikut:

a)      Hepar

      Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2

      Gangguan fungsi liver dan terjadi ikterus.

      Terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga menyebabkan gangguan fungsi menurun.

 

b)      Ginjal

      Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun.

      Terjadi perdarahan dan nekrosis dan perdarahan di otak.

      Sistem saraf pusat terjadi nekrosis dan perdarahan diotak diantaranya perdarahan ventrikel.

 

F.     Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi menurut Lockhart (2014) yaitu:

1)      Penurunun berat badan yang cukup banyak.

2)      Starvasi dengan ketosis dan ketonuria.

3)      Dehidrasi dengan selanjutnya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (hipokalemia).

4)      Gangguan keseimbangan asam basa.

5)      Kerusakan retina, saraf, dan renal.

  

G.    Penatalaksanaan

Tatalaksana Umum

Menurut Manuaba (2010) penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum adalah:

a)      Memberikan penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis.

b)      Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala fisiologis pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.

c)      Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering.

d)     Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat.

e)      Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaikya dihindarkan.

f)       Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.

g)      Defekasi yang teratur.

h)      Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.

 

Obat-obatan

Sedative yang sering digunakan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan vitamin B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan juga seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetic seperti disiklomin hidrokhonae atau khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum yang berat perlu dikelola dirumah sakit.

 

Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan makanan atau minuman selama 24 jam.

Terapi psikologi

Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

 

Cairan parenteral

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolik, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter/hari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.

 

Penghentian kehamilan

Pada beberapa kasus pengobatan hiperemesis gravidarum tidak berhasil malah terjadi kemunduran dan keadaan semakin menurun sehingga diperlukan pertimbangan untuk melakukan gugur kandung. Keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung di antaranya:

      Gangguan kejiwaan (delirium, apatis, somnolen sampai koma, terjadi gangguan jiwa ensefalopati wernicke).

      Gangguan penglihatan (perdarahan retina, kemunduran penglihatan).

      Gangguan faal (hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat, tekanan darah menurun).

 

Diet

Menurut Runiari ( 2010), tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum yaitu:

1) Diet hiperemesis I

Diet ini diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama dengan makanan tetapi 1-2 jam setelahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung didalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.


2) Diet hiperemesis II

Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara bertahap dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tetap tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi. Jenis makanan ini rendah kandungan gizinya, kecuali vitamin A dan D.

 

3)      Diet hiperemesis III

Diet ini diberikan kepada klien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai kemampuan klien, dan minuman boleh diberikan bersamaan dengan makanan. Makanan pada diet ini mengcukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.


DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather. (2017). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.Jakarta : EGC

Lisnawati, Lilis. (2013). Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal  Neonatal. Jakarta: Trans Info Media.

Lochart, Anita. (2014). Kebidanan Patologi. Tanggerang: Binarupa Aksara Publisher.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. (2012). Memahami Kesehatan Reproduksi   Wanita. Jakarta: EGC

Mochtar, Rustam. (2010). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

Rukyah, dkk. (2013). Asuhan Kebidanan Patologi Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.

Runiari, Nengah. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum. Jakarta: Salemba Medika.

Sulistyawati, Ary. (2010). Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Varney , dkk. (2010). Buku Saku Asuhan Kebidanan Volume II. Jakarta: EGC.

Wiknjosastro, dkk, (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Wulanda, Ayu Febri. (2011). Biologi Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.