Info Seputar Hiperemesis Gravidarum
A Definisi
Menurut Nugroho (2012) hiperemesis
gravidarum adalah mual muntah yang terjadi pada kehamilan 20 minggu, muntah
begitu hebat dimana apa yang segala dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga
mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,
mengalami dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit
seperti apendisitis, pielititis dan sebagainya.
Nausea dan vomitus yang berat serta
tidak dapat diatasi dan bertahan sesudah trimester pertama. Biasanya
hiperemesis garvidarum terjadi pada kehamilan pertama dan umumnya mengenai ibu
hamil dengan keadaan yang mengakibakan kadar HCG yang tinggi seperti pada
penyakit trofoblastik kehamilan atau kehamilan kembar (Lockhart, 2014).
Menurut Varney (2010) hiperemesis
gravidarum merupakan mual dan muntah berlebihan selama kehamilan dengan
intensitas lebih sering dan durasi lebih lama daripada mual dan muntah yang
biasa dialami pada trimester pertama. Terkait dengan ketonemia, penurunan berat
badan, dehidrasi dan abnormalitas kimia darah. Dapat terjadi pada trimester
berapapun, biasanya dimulai pada trimester pertama dan menetap dengan derajat
yang bervariasi sepanjang masa kehamilan.
B. Etiologi
Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara
pasti. Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor
predisposisi yang dikemukakan Mochtar ( 2010) :
• Umumnya terjadi pada Primigravida,
mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG.
• Faktor organik, yaitu karena masuknya vili
khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabollik akibat kehamilan
serta resitensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini
serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu
terhadap janin.
• Faktor Psikologik, faktor ini memegang peranan penting
pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai
ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian
kesukaran hidup.
• Faktor endokrin , seperti hipertyroid, diabetes, peningkatan kadar HCG, dan lain-lain.
Menurut Lisnawati (2013) faktor predisposisi yang
menimbulkan Hiperemesis Gravidarum adalah: primigravida, overdistensi uterus,
faktor alergi, faktor psikologis, kehamilan yang tidak diinginkan, takut hamil,
dan masalah keluarga.
C.
Tanda dan Gejala
Tanda dan
gejala yang terjadi pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum adalah: muntah
yang tidak dapat dikontrol dengan pengobatan morning sickness, muntah
pernisiosa, nafsu makan buruk, penurunan berat badan, dehidrasi, ketidak
seimbangan elektrolit, asidosis akibat kelaparan, alkalosis karena asam
hidroklorida berkurang ketika muntah, dan hipokalemia (Varney, 2010).
Menurut Rukyah (2013) gejala
hiperemesis gravidarum yaitu :
Tingkat
1
•
Muntah
terus menerus.
•
Turgor
kulit berkurang.
•
Lidah kering.
•
Tekanan
darah turun,suhu meningkat nyeri epigastrium.
Tingkat
2
•
Dehidrasi
bertambah.
•
Turgor
kulit makin berkurang.
•
Lidah
kering dan kotor.
•
Mata cekung.
•
Tekanan
darah menurun, nadi meningkat, mata ikterik.
•
Urin
berkurang.
•
Napas
berbau aseton.
Tingkat
3
•
Dehidrasi
berat.
•
Mual
dan muntah berhenti.
•
Perdarahan
esofagus, lambung dan retina.
•
Gangguan
fungsi hati bertambah .
•
Ikterus
meningkat.
•
Gangguan
kesadaran.
D. Tes
Diagnostik
1) USG (dengan menggunakan waktu yang
tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi
abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
2) Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
3) Pemeriksaan fungsi hepar : AST, ALT dan kadar LDH.
E. Patofisiologi
Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena
peningkatan Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat
menjadi faktor mual dan muntah. Peningkatan kadar hormon progesteron
menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi
sehingga motilitas menurun dan lambung menjadi kosong. Hiperemesis gravidarum
yang merupakan komplikasi ibu hamil muda bila terjadi terus menerus dapat
mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
energi (Winkjosastro, 2010).
Menurut Manuaba (2012), patofisiologi hiperemesis gravidarum diawali
dengan mual dan muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi,
tekanan darah turun dan diuresis menurun. Hal ini menimbulkan perfusi
kejaringan, menutup untuk memberikan nutrisi dan mengonsumsi O2.
Oleh karena itu dapat terjadi perubahan metabolisme menuju arah anaerobik
dengan menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebih dapat
menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih tinggi. Oleh
karena itu semua masalah tersebut dapat menimbulkan gangguan fungsi alat vital sebagai
berikut:
a)
Hepar
•
Dehidrasi
yang menimbulkan konsumsi O2
•
Gangguan
fungsi liver dan terjadi ikterus.
•
Terjadi
perdarahan pada parenkim liver sehingga menyebabkan gangguan fungsi menurun.
b)
Ginjal
•
Dehidrasi
penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun.
•
Terjadi
perdarahan dan nekrosis dan perdarahan di otak.
•
Sistem
saraf pusat terjadi nekrosis dan perdarahan diotak diantaranya perdarahan
ventrikel.
F. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut Lockhart (2014) yaitu:
1) Penurunun berat badan yang cukup
banyak.
2) Starvasi dengan ketosis dan
ketonuria.
3) Dehidrasi dengan selanjutnya
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (hipokalemia).
4) Gangguan keseimbangan asam basa.
5) Kerusakan retina, saraf, dan renal.
G. Penatalaksanaan
Tatalaksana Umum
Menurut Manuaba (2010) penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum adalah:
a)
Memberikan
penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologis.
b)
Memberikan
keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala fisiologis pada
kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
c)
Menganjurkan
mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering.
d)
Menganjurkan
pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih dahulu
makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat.
e)
Makanan
yang berminyak dan berbau lemak sebaikya dihindarkan.
f)
Makanan
sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
g)
Defekasi
yang teratur.
h)
Menghindari
kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, dianjurkan makanan yang
banyak mengandung gula.
Obat-obatan
Sedative
yang sering digunakan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan vitamin B1
dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan juga seperti dramamin, avomin. Pada
keadaan lebih berat diberikan antiemetic seperti disiklomin hidrokhonae atau
khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum yang berat perlu dikelola
dirumah sakit.
Isolasi
Penderita
disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik.
Catat cairan yang keluar dan masuk hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke
dalam kamar penderita sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak
diberikan makanan atau minuman selama 24 jam.
Terapi
psikologi
Perlu
diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa
takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan
konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolik,
karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis
sebanyak 2-3 liter/hari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin,
khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. bila ada kekurangan protein, dapat
diberikan pula asam amino secara intravena.
Penghentian kehamilan
Pada beberapa kasus pengobatan hiperemesis
gravidarum tidak berhasil malah terjadi kemunduran dan keadaan semakin menurun
sehingga diperlukan pertimbangan untuk melakukan gugur kandung. Keadaan yang
memerlukan pertimbangan gugur kandung di antaranya:
• Gangguan kejiwaan (delirium, apatis, somnolen sampai
koma, terjadi gangguan jiwa ensefalopati wernicke).
• Gangguan penglihatan (perdarahan retina, kemunduran
penglihatan).
• Gangguan faal (hati dalam bentuk ikterus, ginjal
dalam bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat, tekanan
darah menurun).
Diet
Menurut
Runiari ( 2010), tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum yaitu:
1)
Diet hiperemesis I
Diet ini diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama dengan makanan tetapi 1-2 jam setelahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung didalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
2)
Diet hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara bertahap dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tetap tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi. Jenis makanan ini rendah kandungan gizinya, kecuali vitamin A dan D.
3) Diet
hiperemesis III
Diet
ini diberikan kepada klien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai
kemampuan klien, dan minuman boleh diberikan bersamaan dengan makanan. Makanan
pada diet ini mengcukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. Heather. (2017). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.Jakarta : EGC
Lisnawati, Lilis. (2013). Asuhan
Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal Neonatal. Jakarta: Trans
Info Media.
Lochart, Anita. (2014). Kebidanan
Patologi. Tanggerang: Binarupa Aksara Publisher.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. (2010).
Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. (2012). Memahami
Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam. (2010). Sinopsis
Obstetri. Jakarta : EGC.
Rukyah, dkk. (2013). Asuhan
Kebidanan Patologi Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.
Runiari, Nengah. (2010). Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum. Jakarta: Salemba
Medika.
Sulistyawati, Ary. (2010). Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Varney , dkk. (2010). Buku Saku
Asuhan Kebidanan Volume II. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, dkk, (2010). Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Wulanda, Ayu Febri. (2011). Biologi
Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.
Tidak ada komentar: