Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin

Maret 31, 2021


2.1 Pengertian Sistem Endokrin

Sistem  endokrin adalah  sistem  kontrol  kelenjar  tanpa  saluran  (ductless)  yang menghasilkan   hormon   yang   tersirkulasi   di   tubuh   melalui   aliran   darah   untuk mempengaruhi  organ-organ  lain.  Sistem  endokrin  disusun  oleh kelenjar-kelenjar endokrin.  Kelenjar  endokrin  mensekresikan  senyawa  kimia  yang  disebut hormon. Hormon  merupakan  senyawa  protein  atau  senyawa  steroid  yang  mengatur  kerja proses fisiologis tubuh, seperti aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh.

Organ endokrin atau disebut dengan kelenjar endokrin adalah kelenjar yang memproduksi hormon untuk mengatur sistem organ secara fisiologis. Organ endokrin meliputi hipotalamus, hipofisis, paratiroid, tiroid, kelenjar adrenal, pankreas, ovarium dan testis

Secara anatomis, letak masing-masing kelenjar endokrin sebagai berikut :

1)      Kelenjar hipofisis atau kelenjar pituitary terletak di dasar cerebrum dibawah hipotalamus

2)      Kelenjar tiroid atau kelenjar gondok terletak di bagian bawah leher dekat jakun

3)      Kelenjar paratiroid terletak di bagian bawah kelenjar tiroid

4)      Kelenjar pankreas atau kelenjar pulau langerhans terletak di dekat lambung

5)   Kelenjar gonad atau kelenjar kelamin, kalau pria terletak di testis dalam scrotum, kalau wanita terletak di dalam ovarium

6)      Kelenjar adrenal atau anak ginjal/suprarenalis terletak di atas ginjal

7)      Kelenjar timus terdapat di daerah dada

 

2.2 Organ- organ pada Sistem Endokrin

1.      Glandula Hypothalamus

Hipotalamus disebut juga dengan master endocrine glands, berada di sistem limbik (perbatasan). Peran hipotalamus adalah pusat perilaku, pusat pengatur suhu, osmolalitas cairan, pusat dorongan untuk makan dan minum, pengatur berat badan dan pusat dorongan seks, pusat pengatur emosional dan rasa senang (Guyton, 1996). Glandula hypothalamus terletak di otak, superior glandula hipofisis.

 

2.      Glandula Hypophysis

Hipofisis terletak di sella turcica, fossa hypophysialis pada os sphenoidale atau di bawah hipotalamus berbentuk lonjong sebesar biji kacang kapri. Hipofisis terdiri dari dua lobus yaitu hipofisis posterior (neurohipofisis) menghasilkan hormon oksitosin dan ADH, dan hipofisis anterior (adenohipofisis menghasilkan tujuh hormon meliputi hormon prolactin (PRL) yang berfungsi untuk perkembangan mammae, TSH, ACTH, LH, FSH, MSH yang berfungsi untuk merangsang produksi melanin di kulit dan GH yang berfungsi untuk pertumbuhan.

 

3.      Glandula Pineal

Ross (2011) menjelaskan bahwa kelenjar pineal merupakan kelenjar endokrin atau neuroendokrin yang mengatur irama harian aktivitas tubuh. Pada manusia, kelenjar ini terletak di dinding posterior ventrikel ketiga yang melekat pada otak dan berbentuk kerucut yang sangat kecil.

Glandula pineal menghasilkan hormon melatonin. Fungsi hormon melatonin yaitu:

a.       Menghambat fungsi reproduksi dengan menurunkan sekresi GnRH.

b.      Melindungi sistem saraf pusat dari radikal bebas seperti NO dan H2O2.

c.       Mengatur irama sirkadian karena aktivitas pineal bersifat siklik.

 

4.      Glandula Tiroid 

Glandula tiroid atau kelenjar gondok berbentuk seperti huruf H yang terdiri dari 2 lobus yaitu dextra dan sinistra, lobus dihubungkan dengan isthmus. Struktur glandula ini adalah vesikel-vesikel yang dibatasi oleh epithelium silinder, disatukan oleh jaringan ikat.

Glandula tiroid terletak di anterior dan lateral trakea atau di bagian bawah leher dekat jakun. Glandula ini menghasilkan dua hormon yaitu:

1)    Hormon triidotironin (T3) dan tiroksin (T4) dihasilkan oleh sel-sel folikel kelenjar tiroid. Fungsi hormon ini adalah untuk mengatur pertukaran zat atau metabolism dalam tubuh dan mengatur pertumbuhan jasmani dan rohani serta mencegah terjadinya pembesaran tiroid (gondok). Aplikasi klinis dari hormon ini adalah hipofungsi yaitu kretinismus dan penyakit miksedema; dan hiperfungsi yaitu eksotalmigoiter.

2)  Hormon kalsitonin dihasilkan oleh sel C yang berfungsi untuk menurunkan konsentrasi kalsium plasma.

 

5.      Glandula Paratiroid

Glandula paratiroid berbentuk lonjong dengan jumlah empat buah terletak di permukaan posterior kelenjar tiroid atau menempel di belakang tiroid. Hormon yang dihasilkan pada glandula ini adalah parathormon (PTH) yang berfungsi untuk mempertahankan kadar kalsium (Ca) dalam darah, mengaktifkan vitamin D.


6.      Glandula Timus

Glandula timus terletak dalam mediastinum di belakang os sternum atau di rongga dada bagian mediastinum superior. Glandula ini terdiri atas dua lobus, yaitu lobus kanan dan kiri.

Glandula timus dapat dijumpai pada anak-anak dibawah usia 18 tahun. Glandula ini menghasil hormon timosin yang berfungsi untuk mengaktifkan pertumbuhan badan, mengurangi aktivitas glandula kelamin, dan perkembangan dan pematangan sel limfosit T yang membentuk antibodi.

 

7.      Glandula Adrenal

Ditemukan oleh Bartholomeo Eustachius (1963), Adrenal berbobot 6-10 gram. Kelenjar ini mulai terbentuk pada usia kehamilan 2 bulan. Pada orang dewasa 90% terdiri dari corteks, dan 10% medulla.Terletak di bagian atas kedua ginjal atau posisi posteriomedial, berbentuk piramida dan panjangnya berkisar 4-6 cm, tebal 1 cm (Guyton, 1996).

 

Adrenal kortek terdiri dari tiga zona yaitu

1)      Zona glumerolusa, menghasilkan hormon aldosteron, dan serabut syarafnya mengandung katekolamin.

2)      Zona fasciculate, mensekresi hormon kortison (hormon stress) dan hormon androgen.

3)      Zona reticularis, mensekresi hormon kortison (hormon stress) dan hormon androgen.

Sedangkan Adrenal medulla menghasilkan epineprin dan norepineprin.

Bagian-bagian dan hormon yang dihasilkan :

Bagian

Hormon

Fungsi Hormon

Korteks

Aidosteron

(mineralokortoid)

Mengatur keseimbangan air, elektrolit, dan garam-garam

Kortisol

(glukokortikoid)

Memecahkan simpanan protein dan lemak menjadi glukosa (gluconeogenesis)

Androgen

Meningkatkan pertumbuhan massa pubertas dan dorongan seks wanita

Medulla

Adrenalin/ Epinefrin

Pertahanan terhadap stress

Pada keadaan takut, hipotensi, hipoksia, hipoglikemia

Noradenalin/ Norepinefrin

Pertahanan terhadap stress, menjaga ritme jantung

Pada keadaan takut, dingin, latihan, hipotensi postural


8.      Glandula Pankreas

Glandula pancreas terletak di belakang lambung, di depan vertebra lumbalis I dan II. Glandula ini merupakan kelenjar endokrin dan eksokrin.

Pulau Langerhans, terdiri dari :

Tipe Sel

Hormon

Fungsi

Sel alpha

Glukagon

Mengubah glucagon menjadi glukosa

Sel beta

Insulin

Mengubah glukosa menjadi glucagon

Sel delta

Somatostatin

Menghambat pencernaan dan penyerapan nutrisi

Aplikasi klinis : Diabetes Melitus (DM)


9.      Gonad

Gonad dibagi menjadi dua yaitu :

1)      Testika (testis), berbentuk avoid dan terletak di dalam scrotum, digantung oleh veniculus spermaticus. Organ ini memiliki dua fungsi yaitu fungsi eksokrin menghasilkan sperma dan fungsi endokrin menghasilkan hormon testosterone yang memiliki fungsi sebagai berikut :

a.       Menentukan sifat kejantanan, misalnya adanya jenggot, kumis, jakun, dan lain-lain

b.      Menghasilkan sel mani (spermatozoid)

c.       Mengontrol pekerjaan seks sekunder pada laki-laki

d.      Mendorong penutupan lempeng epifise

 

2)      Ovarika (ovarium), bentuknya avoid berjumlah dua buah yaitu satu di kanan dan satu di kiri uterus yang terikat ligamentum ovarian. Organ ini memiliki dua fungsi yaitu fungsi eksokrin menghasilkan ovum dan fungsi endokrin menghasilkan hormon progesterone dan esterogen. Fungsi hormon progesterone dan esterogen yaitu mempengaruhi pekerjaan uterus dan memberikan sifat kewanitaan, misalnya pinggul yang besar, bahu sempit, dan lain-lain.

 

2.3 Kerja Hormon

Kerja hormon pada tingkat sel dimulai dengan pengikatan hormon dan reseptor spesifik. Hormon dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi reseptor dan sifat sinyal atau messenger kedua yang digunakan untuk memperantai kerja hormon di dalam sel. Regulasi hormon ini berguna untuk fungsi kehidupan sehari-hari seperti aktivitas makan, keadaan senang dan susah, pertumbuhan badan, dan konsumsi gula dan garam.

Hormon adalah suatu bahan kimia yang disekresi oleh satu atau sekelompok sel ke dalam cairan tubuh yang menyebabkan timbulnya efek fisiologis pada sel lain dari tubuh.

Fungsi hormon untuk mengontrol tingkat aktifitas dari jaringan target dengan jalan mengubah reaksi kimia dalam sel dan mengubah permeabilitas membran sel terhadap bahan yang spesifik. Macam-macam hormon digolongan dalam 4 besar yaitu hormon polipeptida, hormon steroid, hormon amine dan hormon asam lemak.


2.4 Mekanisme Kerja Hormon

Mekanisme kerja hormon melalui dua cara yaitu:

1) melalui cyclic AMP dan

2) mengaktifasi gen dari sel dengan cara pembentukan protein yang spesifik.

Hormon dihasilkan oleh sel produksi hormon (kelenjar endokrin), berdifusi masuk kedalam sirkulasi darah dan menuju organ sasaran dengan bantuan reseptor spesifik.

Respon jaringan terhadap adanya efek hormon tergantung pada :

1) kecepatan sintesis dan sekresi hormon,

2) jarak antara sintesis dan organ sasaran,

3) pengangkut hormon dalam darah ( kadar protein darah),

4) perubahan dari hormon non aktif menjadi aktif dan

5) degradasi hormon,

6) reseptor hormon.

Hormon sebelum menunjukkan aktivitasnya harus berikatan dengan reseptor. Namun demikian ikatan hormon dan reseptor tidak selalu menunjukkan aktivitas (hasil). Keberadaan reseptor tergantung pada aktivitas hormon-reseptor, jumlah reseptor, kualitas reseptor, lokalisasi reseptor dan sintesis pasca reseptor. Letak reseptor bisa berada pada membran sel atau dalam intrasel.

Reseptor di intrasel, mediator intraselnya adalah kompleks hormon-reseptor. Golongan hormon yang menggunakan komplek hormon-reseptor sebagai second messengernya adalah hormon estrogen, progesteron, glukokortikoid (kortison), mineralokortikoid (aldosteron), hormon androgen, hormon tiroid.Sedangkan reseptor di membran sel, biasanya berdifat lipofobik atau hidrofilik, mediator intraselnya sebagai second mesengger adalah C-AMP, C-GMP, Ca++ .

Kerja hormon pada tingkat sel dimulai dengan pengikatan hormon dengan reseptor spesifiknya. Hormon dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi reseptor dan sifat sinyal atau messenger kedua yang digunakan untuk memperantarai kerja hormon di dalam sel.

Hormon terdapat dengan konsentrasi yang sangat rendah di dalam cairan ekstrasel, yaitu berkisar antara 10-15 sampai 10-9 mol/L. Konsentrasi ini jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan konsentrasi banyak biomolekul dengan struktur serupa seperti sterol, asam amino, peptida, protein dimana konsentrasi dalam sirkulasi sekitar 10-5 – 10-3 mol/L. Hormon memulai efektifitas biologisnya melalui pengikatan dengan reseptor yang spesifik dan karena setiap sistem pengontrolan yang efektif harus memiliki pula sarana untuk menghentikan suatu respons, kerja yang diitmbulkan oleh hormon umumnya akan berhenti ketika efektor tersebut terlepas dari reseptor.

Sel target (target organ) ditentukan berdasarkan kemampuannya untuk mengikat secara selektif hormon tertentu lewat reseptor spesifik. Interaksi hormon-reseptor ditentukan oleh ciri sebagai berikut :

1) radioaktivitas tidak boleh mengubah aktivitas organ target,

2) pengikatan harus bersifat spesifik,

3) pengikatan harus terjadi disekitar konsentrasi yang menimbulkan respons biologis.


2.5 Klasifikasi Hormon

Hormon dapat diklasifikasikan menurut lokasi kimia, sifat kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang digunakan untuk memperantarai kerja hormon di dalam sel.

Klasifikasi hormon berdasarkan mekanisme kerjanya

a.       Hormon yang terikat pada reseptor intrasel ( kelompok I) meliputi Androgen, Kalsitrol, Estrogen, Glukokortikoid, Mineralokortikoid, Progestin, Hormon tiroid ( T3 dan T4)

b.      Hormon yang terikat pada reseptrot membran sel (kelompok II), Second messenger adalah cAMP, yaitu : Katekolamin, Adenokortikotropik (ACTH), Angiotensin II, Hormon antidiuretik (ADH), Kalsitonin, Chorionic gonadotropin, human (hCG), Cortikotropikreleasing hormon (CRH), Follicle stimulating hormon (FSH), Glukagon, Lipotropin (LPH), Luteinizing hormon (LH), Melanocyte stimulating hormon (MSH), Paratiroid hormon, Somatostatin,Thyroid stimulating hormon (TSH).

Second messenger adalah cGMP : Nitrogen oksida. Second messenger adalah Ca2+ : Asetilkolin, Vasopresin, Kolesistokinin, Gastrin, Gonadotropin-releasing hormon (GnRH), Oksitosin, Substansi P.Second messenger adalah kinase atau lintasan fosfat: Chorionic somatomammotropin (CS), Epidermal growth hormon, Eritropoietin, Fibroblast growth hormon (FGF),Growth hormon (GH)

· Insulin

· Prolaktin


2.6 Gangguan pada Sistem Endokrin

 

1.      Diabetes Mellitus (DM)

Gangguan endokrin yang paling umum adalah diabetes mellitus, yang terjadi ketika pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang tersedia secara optimal. Gejala diabetes meliputi  lapar berlebihan, sering buang air kecil (BAK), mual dan muntah, mudah lelah, pertambahan dan penurunan berat badan yang signifikan, dan sebagainya.

 

2.      Akromegali

Akromegali adalah gangguan di mana kelenjar pituitari menghasilkan hormon pertumbuhan yang berlebih. Hal ini menyebabkan pertumbuhan berlebih, terutama pada tangan dan kaki.

Gejala ackromegali biasanya terlihat perubahan bibir, hidung atau lidah terlalu besar, tangan atau kaki terlalu besar atau bengkak, perubahan struktur tulang di wajah, nyeri di tubuh dan sendi, pertumbuhan tulang yang berlebihan dan tulang rawan dan penebalan kulit, dan sebagainya.

 

3. Penyakit Addison

Penyakit Addison ditandai oleh penurunan produksi kortisol dan aldosteron karena kerusakan adrenal. Gejala-gejala Addison biasanya adanya penurunan nafsu makan, berat badan, dan tekanan darah, mengalami depresi, diare, hiperpigmentasi kulit, hipoglikemia, dan sebagainya.

 

4. Sindrom Cushing

Sindrom Cushing disebabkan oleh kelebihan kortisol yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Gejala-gejala sindrom Cushing biasanya adanya Buffalo punuk (lemak di antara bahu seperti bungkuk), perubahan warna kulit seperti memar, osteoporosis, hiperglikemia, hipertensi, sering buang air kecil (BAK), dan sebagainya.


5. Penyakit Graves

Penyakit Graves adalah jenis hipertiroidisme yang mengarah pada produksi hormon tiroid. Gejala-gejala penyakit Graves biasanya mata menonjol, goiter, intoleransi panas, takikardia, kulit tebal atau merah di betis, berat badan menurun, dan sebagainya.

 

6. Hashimoto’s thyroiditis

Tiroiditis Hashimoto adalah suatu kondisi di mana kelenjar tiroid diserang oleh sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan hipotiroidisme dan produksi hormon tiroid yang rendah, seperti goiter, nyeri otot dan sendi, detak jantung lebih lambat, berat badan naik, rambut kering dan rontok, dan sebagainya.

 

7. Hipertiroidisme

Hipertiroid adalah penyakit yang ditandai dengan kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Gejala umum hipertiroidisme yaitu diare, gondok, intoleransi panas, takikardia, lemah, penurunan berat badan, dan sebagainya.

 

8. Hipotiroidisme

Hipotiroidisme adalah penyakit di mana tiroid kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Gejala umum hipotiroidisme yaitu gondok, intoleransi dingin, produksi keringat berkurang, rambut kering, wajah bengkak, detak jantung lambat, dan sebagainya.

 

9. Prolaktinoma

Prolaktinoma terjadi ketika kelenjar pituitari yang terganggu menghasilkan kelebihan prolaktin, yang berguna untuk produksi susu. Prolaktin berlebihan dapat menyebabkan berbagai gejala seperti disfungsi ereksi, infertilitas, libido yang hilang, terjadi perdarahan menstruasi yang hilang, produksi ASI tanpa alasan.


DAFTAR PUSTAKA 

Brunner,Suddarth. (2002). Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

https://sridianti.com/sistem-endokrin/

J. H. Green. (2002). Fisiologi Kedokteran. Tangerang : Binarupa Aksara

Junqueira, L. C.. Basic Histology(pdf). New York: The Mc. GrawHill companies.

Mulyana, Melan,dkk. (2016). Buku Panduan Praktikum Anatomi. Purwokerto: FK UNSOED

Price & Wilson. (2006). Patofisiologi. Jakarta : EGC

Purwanto, Hadi. (2016). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta : Kemenkes RI

Ross,  Michael  H.  (2011). Histology  A  Text  and  Atlas  With  Correlated  Cell  and olecular Biology. Philadelphia : Mc Millan company

Sherwood, Lauralee. (2001). Fisiologi Kedokteran : dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC

Tenzer, Amy. (1993). Struktur Hewan  Bagian  I.  Malang:  Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.