PENGOBATAN DALAM PANDANGAN ISLAM
Islam adalah agama rahmatan li al-‘alamin, agama yang menjadikan penyelamat bagi penganutnya dari mara bahaya. Dalam ajarannya mengandung nilai-nilai yang memerintahkan umatnya untuk beribadah kepada-Nya. Namun, dibutuhkan fisik dan jasmani yang kuat untuk menjaga konsistensi beribadah kepada-Nya.
Oleh
karena itu, persoalan kesehatan dan menjaga kesehatan merupakan hal yang penting di dalam ajaran
Islam. Terganggunya persoalan kesehatan membuat seseorang tidak mampu menjalankan kewajiban dan aktivitasnya secara maksimal. Penyakit
yang ada di dalam tubuh seseorang
dapat mempengaruhi
organ syarat, pikiran dan perasaan. Maka dari itu,
menjaga kondisi tubuh sangat diperlukan dalam
menunjang aktivitas keseharian seseorang. Sehingga mempelajari ilmu dan
metode yang berkaitan dengan kesehatan sangat diperlukan menurut pandangan
Al-Qur’an dan hadis Nabi
Muhammad
saw. Hal ini sesuai
dengan hadis Nabi saw.
لكل
داءدواء فإذا أصيب دواء الداء برأ بإذن الله عز وجل
Artinya:
Setiap penyakit
ada obatnya, jika obat dari suatu penyakit itu tepat, ia akan sembuh dengan izin
Allah sw. (HR. Muslim)
Begitu
pula Imam Syafi’i berkata: أ
العلم
علمان: علم الفقه للإديان وعلم الطيب للأبدان, وما وراء ذلك بلغة مجلس
Artinya:
Jenis ilmu itu
ada dua, yakni ilmu fiqh untuk urusan agama dan ilmu kedokteran untuk urusan
jasmani manusia, ilmu selain kedua hal itu hanyalah bekal pergi ke
perkumpulan.
Dunia pengobatan berkembang seiring dengan
perubahan zaman dan kebutuhan manusia.
Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki kondisi tubuh yang terkadang
sehat maupun sakit baik penyakit ringan maupun berat. Keinginan untuk sembuh
dari segala jenis penyakit itulah yang memunculkan berbagai metode pengobatan,
mulai dari mengonsumsi berbagai jenis tumbuhan yang diyakini berkhasiat
menyembuhkan jenis penyakit tertentu, atau sistem pemijatan, pembekaman hingga
operasi dan pembedahan.
Oleh karena itu, setiap manusia menginginkan sebuah
kehidupan yang sehat di
mana mereka dapat beraktifitas dengan baik sesuai dengan kemampuan masing-masing. Maka dari itu,
penting bagi kita menjaga kesehatan tubuh, jiwa, dan sosial kita.
2.1 Petunjuk Alquran Tentang Pengobatan
Banyak ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan tentang pengobatan
karena Al-Qur’an itu sendiri diturunkan sebagai penawar dan rahmat bagi
orang-orang mukmin. “Dan kami menurunkan Al-Qur’an sebagai penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang mukmin”.(QS Al-Isra’: 82).
Menurut para ahli tafsir bahwa nama lain dari Al-Qur’an
yaitu “Asysyifa” yang artinya secara terminologi adalah obat penyembuh. “Hai
manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari Tuhan mu dan
sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman”.(QS Yunus:57)
Disamping Al-Qur’an mengisyaratkan tentang pengobatan juga
menceritakan tentang keindahan alam semesta yang dapat kita jadikan sumber dari
pembuat obat-obatan. “Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan tanaman-tanaman
untukmu, seperti zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sungguh,
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)bagi
orang-orang yang berfikir.(QS An-Nahl:11). “Kemudian makanlah dari
segala(macam)buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhan-muyang telah (dimudahkan
bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam
warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang
berfikir”.(QS An-Nahl:69)
Metode Pengobatan Para Rasul Sebelumnya:
Nabi
Isa AS
“Dan akan dijadikan-Nya sebagai Rasul kepada Bani Israil
(dia berkata) “Aku telah datang kepadamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari
Tuhan mu, yaitu aku membuatkanmu (sesuatu) dari tanah berbentuk seperti burung,
lalu aku meniup nya, maka ia menjadi seekor burung atas izin Allah. Dan aku
menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit kusta. Dan
aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku beritahukan kepadamu apa
yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat suatu tanda(kebenaran kerasulanku) bagimu,jika kamu orang
yang beriman”.(QS
Ali-Imran:49).
Menurut para mufassir, Nabi Isa mengobati penyakit buta dan
kusta dengan cara di usap dengan tangan nya, mata yang buta dan anggota tubuh
yang terkena kusta dengan izin Allah melalui mukjizatnya maka seketika itu
sembuh.
Nabi
Musa AS
Nabi Musa tidak lepas dari sifat kemanusiaannya yang
merupakan sunnatulloh yaitu sakit. Beliau pernah sakit lalu memetik sehelai
daun yang diniatkan sebagai obat yang hakikatnya Allah menyembuhkan kemudian di
tempelkannya daun tersebut pada anggota tubuh yang sakit, karena mukjizatnya
seketika itu sembuh. Dan kedua kali nya beliau sakit kemudian memetik sehelai
daun secara spontanitas tanpa diniatkan sebagai obat yang hakikatnya Allah Sang
Penyembuh maka ketika itu sakitnya tidak sembuh.
Nabi
Muhammad SAW
Nabi Muhammad sebagai Rasul yang diperintahkan Allah untuk
menyampaikan wahyu kepada umat-nya tidak lepas tingkah lakunya dari Al-Qur’an
karena beliau dijadikan suri tauladan yang baik untuk semua manusia. Firman
Allah : “Sesungguhnya pada diri Rasul itu terdapat suri tauladan yang baik
untuk kamu, bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat (Allah) dan (kedatangan)
hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.(QS Al-Ahzab: 21). Imam Ali
berkata : “Sesungguhnya semua tingkah laku Nabi Muhammad SAW adalah
Al-Qur’an”. Beberapa metoda pengobatan yang dilakukan Rasulullah :
1.
Doa Mukjizat
Banyak doa-doa kesembuhan yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW kepada umat nya, salah satunya : “Allahumma isyfi abdaka yan-ulaka
aduwwan aw yamsyi laka ila sholaah”.
2.
Dengan Memakai Madu
Sebagaimana menurut QS An-Nahl:69 bahwa madu Allah jadikan
sebagai obat maka Rasulullah menggunakan madu untuk mengobati salah satu
keluarga sahabat yang sedang sakit. Dalam satu riwayat, ada sahabat yang datang
kepaa Rasulullah memberitahukan anaknya sedang sakit, kemudian Nabi menyuruh
meminumkan anaknya madu sambil membaca doa.
3.
Bekam
Berbekam
termasuk pengobatan yang diajarkan Rasulullah SAW, bahkan Rasulullah SAW pernah
melakukan bekam dan memberikan upah kepada tukang bekam. Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya
sebaik-baik apa yang kalian lakukan untuk mengobati penyakit adalah dengan
melakukan bekam”.
Rasullullah
SAW. adalah suri tauladan seluruh aspek kehidupan umat manusia, termasuk
memelihara kesehatan, dan mengobati penyakit. Allah SWT. berfirman, “Sesungguhnya
telah ada pada ( diri) Rasullullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hati kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.” (QS. Al-ahzab: 21)
Dalam era
teknologi yang semakin canggih ini, ilmu pengobatan kian maju pesat. Tetapi,
masih saja dijumpai orang menderita sakit, bahkan jumlah penyakit semakin
banyak. Inilah ketentuan Allah yang berlaku, dan tiada sesuatu pun yang dapat
mengubahnya.
Ibnu Sina
mengemukakan bahwa pengobatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu teori dan
praktik. Pengobatan secara teoritis adalah bagian pengobatan yang hanya
memberikan penjelasan dari segi ilmu-ilmu tentang pendapat berbagai ilmuwan
tanpa langsung memberikan pengaruh dalam bidang praktis. Misalnya, ilmu yang
menjelaskan tentang hal-hal yang berhubungan dengan mizaj, humor, tenaga, pembagian
jenis penyakit, gejala penyakit, dan penyebab sakit.
Sedangkan
pengobatan secara praktik adalah pengobatan yang berhubungan dengan ilmu cara
melakukan suatu tindakan pengobatan dan perawatan. Misalnya, ilmu yang
menjelaskan cara menjaga kesehatan tubuh atau cara merawat tubuh yang sakit.
Jenis pengobatan secara praktik
dibagi menjadi dua:
a. Ilmu
kesehatan, yakni cara mempertahankan kesehatan atau menjaga tubuh selalu tetap
sehat.
b. Ilmu
keperawatan, yakni mengenai bagaimana mengembalikan kondisi tubuh dari keadaan
sakit ke kondisi sehat.
Kaitannya dengan pengobatan di
dalam bahasa Arab, kata ath-thibb dapat diartikan dengan berbagai macam
pengertian, antara lain.
1. Al-Ishlah,
perbaikan. Jika dikatakan “Thabbab-tuhu”, artinya aku memperbaiki
keadaannya.
2. Al-Luthfu
was-siyasah, kelembutan dan pengaturan. Dikatakan kepada orang lain dengan
kalimat, “Annahu thabba bil umuri” bahwa dia pandai mengurus masalah.
3. Al-Hidzqu,
pintar dan pandai. Menurut al-Jauhari, dikalangan bahasa Arab, setiap orang
pintar disebut tabib. Abu Ubaid berkata , “Makna dasar ath-thibb
adalah kepintaran dan kepandaian tentang segala sesuatu. Jika dikatakan “thabba
wa thabib”, maka artinya mahir, cakap, dan pandai, meskipun belum tentu
bisa mengobati orang yang sakit. Menurut pendapat lain, seseorang yang disebut thabib,
karena kepandaian dan kepintarannya.
4. Al-’Addah,
kebiasaan. Jika dikatakan, “Laisa bithibbi”, artinya itu bukan
kebiasaanku.
5. As-Sihr,
sihir. Orang yang terkena sihir disebut mathbub, karena mereka menamai
ath-thibb dengan sihir.
Ibnu Sayyid
berkata, “Kata ath-thabb berarti orang yang mengetahui banyak hal.
Begitu juga ath-thabib.” Adapun ath-thibb secara istilah
diartikan ilmu untuk mengetahui keadaan badan manusia dari segi kurangnya
kesehatan, agar dapat menjaga kesehatan dan mengembalikan yang hilang.
2.2 Konsep Pengobatan
Dalam Sahih
Al-Bukhari diriwayatkan dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dari Nabi SAW.,
“Kesembuhan itu ada 3, dengan meminumkan madu (bisyurbata ‘asala), sayatan
pisau bekam (syurthota mihjam), dan dengan besi panas (kayta naar) dan aku
melarang umatku melakukan pengobatan dengan besi panas.”“Gunakanlah 2
penyembuh; Al-Quran dan madu.” (HR. ath-Thabrani dari Abu Hurairah)
Masih banyak
dalil sahih yang menjelaskan pengobatan Nabawi. Tetapi dari cuplikan 2 hadis tersebut
dapat diketahui bahwa pengobatan yang dianjurkan oleh Rasullullah SAW. adalah
Al-Quran, madu, dan bekam (sayatan pisau/bekam). Akan tetapi, Rasulullah
melarang melakukan pengobatan dengan besi panas.
1. Mengobati penyakit dengan
Al-Quran
Menurut Imam
Ibnul Qayyim al Jauziyah dalam kitabnya at Thibun Nabawy bahwa
penyakit itu digolongkan 2 jenis, yakni penyakit batin dan penyakit lahir
(fisik). Penyakit batin adalah penyakit yang berkaitan dengan jauhnya batin (
hati) seseorang dari Allah SWT. Penyakit ini menyerang unsur ruh manusia;
seperti kesurupan. Pengobatan penyakit ini adalah al-Qur’an (ibadah, doa,
ruqyah, syar’iyah). Sedangkan yang kedua, adalah penyakit lahir (fisik).
Penyakit ini obat-nya adalah dengan obat-obatan yang sesuai dengan Al-Qur’an.
2. Mengobati dengan madu
Allah SWT.
berfirman, “Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bemacam-macam
warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.” (QS.
an-Nahl (16):69)
Madu merupakan
makanan sekaligus obat yang disebutkan oleh Allah SWT. dalam Al-Qur’an. Oleh
karena itu, Rasulullah SAW. menyukai madu sebagai makanan atau sebagai
penyembuh penyakit. Bahkan, Beliau suka meminum madu di pagi hari dengan
dicampur air dingin untuk menjaga atau mengobati penyakit usus.
3. Pengobatan dengan Bekam
Bekam nama
lainnya adalah hijamah.
2.3 Prinsip-prinsip
Pengobatan
Di dalam
penyembuhan penyakit ala Rasulullah SAW., diterapkan tertentu sebagai pedoman
yang perlu diketahui dan dilaksanakan.
1. Meyakini bahwa Allah
SWT. yang Maha Menyembuhkan segala penyakit
Rasulullah SAW.
menyajarkan bahwa Allah SWT. adalah dzat yang Maha Penyembuh. Allah SWT.
berfirman “Dan apabila aku sakit, maka Dia-lah yang menyembuhkan aku.”
(QS. asy-Syu’ara (26): 80).
Jika
memerhatikan pengobatan masa sekarang yang serba modern ternyata kebalikan
dengan pengobatan jaman Rasulullah. Banyak orang yang menggantungkan
penyembuhan dengan obat. Padahal, keyakinan semacam itu mendekati perbuatan
syirik. Yang memberikan kesembuhan bukanlah obat itu, tapi Allah SWT.
Jika kita
merasa yakin, insya Allah akan diberi kesembuhan dengan cepat. Rasulullah SAW.
mengajarkan agar orang yang sakit senantiasa berdoa kepada Allah SWT. Salah
satunya doa nabi Yunus: “Laa illaha illa anta subhanaka inni kuntu minal
dhalimiin.”
2. Menggunakan obat yang
halal dan baik
Rasulullah
mangajarkan supaya obat yang dikonsumsi penderita harus halal dan baik. Allah
SWT. yang menurunkan penyakit kepada seseorang, maka Dia-lah yang
menyembuhkannya. Jika kita menginginkan kesembuhan dari Allah, maka obat yang
digunakan juga harus baik dan diridhai Allah SWT. karena Allah melarang
memasukan barang yang haram dan merusak ke dalam tubuh kita.Allah berfirman:
“Dan
makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah direzekikan
kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (QS.
al-Maidah (5): 88)
Rasulullah SAW. bersabda, “Setiap
daging (jaringan tubuh) yang tumbuh dari makanan haram, maka api nerakalah
baginya.” (HR. at-Tirmidzi)
“Sesungguhnya
Allah menurunkan penyakit dan obatnya, dan menjadikan setiap penyakit pasti ada
obatnya. Maka berobatlah kalian, tapi jangan dengan yang haram.” (HR. Abu
Dawud) Menggunakan obat yang halal, selain mendatangkan ridha Allah juga akan
menjaga supaya badan tetap sehat.
3. Tidak menimbulkan
madharat
Dalam
menyembuhkan penyakit, harus diperhatikan mengenai dengan kemudharatan obat.
Seorang dokter muslim akan selalu mempertimbangkan penggunaan obat sesuai
dengan penyakitnya.
4. Pengobatan tidak
bersifat TBC (tahayul, bid’ah, churafat)
Pengobatan yang
disyariatkan dalam Islam adalah pengobatan yang bisa diteliti secara ilmiah.
Pengobatan dalam Islam tidak boleh berbau syirik (pergi ke dukun, kuburan,
dsb.).
5. Selalu ikhtiar dan
tawakal
Islam
mengajarkan bahwa dalam berobat hendaklan mencari obat atau dokter yang lebih
baik. Dalam kedokteran Islam diajarkan bila ada dua obat yang kualitasnya sama
maka pertimbangan kedua yang harus diambil adalah yang lebih efektif dan tidak
memiliki efek rusak bagi pasien. Itulah sebabnya Rasulullah menganjurkan kita
untuk berobat pada ahlinya. Sabda beliau,
Abu Dawud, An
Nasai, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari hadis ‘Amr Ibnu Syu’aib, dari ayahnya,
dari kakeknya; katanya, “Telah berkata Rasulullah SAW., ‘Barangsiapa yang
melakukan pengobatan, sedang pengobatannya tidak diikenal sebelum itu, maka dia
bertanggung jawab (atas perbuatannya).”
2.4 Kaidah Pengobatan
Menurut Ibnu
Qayyim, kaidah pengobatan ada tiga jenis, yaitu;
1. Menjaga Kesehatan
“Maka barang siapa diantara
kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang
lain.” (Qs. Al-Baqarah (2) : 184)
Allah
membolehkan seorang musafir untuk tidak berpuasa, demi menjaga kesehatan dan
kekuatan fisiknya serta hal-hal yang dapat melemahkannya.
2. Pengurangan
Allah
berfirman,
“Jika ada di antara kamu
yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah
baginya berfidyah, yaitu berpuasa atau besedekah atau berkorban.” (Qs.
Al-Baqarah (2) : 196)
Ayat di atas
mempunyai maksud bahwa Allah SWT. membolehkan orang sakit atau orang yang di
kepalanya ada luka, baik disebabkan kutu atau gatal-gatal untuk mencukur
rambutnya saat ihram.
3. Preventif
Allah SWT.
berfirman,
“Dan jika kamu sakit atau
sedang dalam musafir atau datang tempat buang air atau kamu telah menyentuh
perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan
tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (Qs. an-Nisa (4) : 43)
Ayat di atas
mengisyaratkan bahwa Allah SWT. membolehkan orang sakit menggunakan debu
sebagai pengganti air, sebagai tindakan preventif baginya, agar badannya tidak
kena sesuatu yang menyebabkan sakit.
2.5 Sumber-sumber Pengobatan
Menurut Ibnu Qayyim, kaidah
pengobatan ada tiga jenis, yaitu;
1. Menjaga Kesehatan
“Maka
barang siapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu
pada hari-hari yang lain.” (Qs. Al-Baqarah (2) : 184)
Allah
membolehkan seorang musafir untuk tidak berpuasa, demi menjaga kesehatan dan
kekuatan fisiknya serta hal-hal yang dapat melemahkannya.
2. Pengurangan
Allah berfirman,
“Jika ada
di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur),
maka wajiblah baginya berfidyah, yaitu berpuasa atau besedekah atau berkorban.”
(Qs. Al-Baqarah (2) : 196)
Ayat di atas
mempunyai maksud bahwa Allah SWT. membolehkan orang sakit atau orang yang di
kepalanya ada luka, baik disebabkan kutu atau gatal-gatal untuk mencukur
rambutnya saat ihram.
3. Preventif
Allah SWT.
berfirman,
“Dan jika
kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang tempat buang air atau kamu
telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah
kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya
Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (Qs. an-Nisa (4) : 43)
Ayat di atas
mengisyaratkan bahwa Allah SWT. membolehkan orang sakit menggunakan debu
sebagai pengganti air, sebagai tindakan preventif baginya, agar badannya tidak
kena sesuatu yang menyebabkan sakit.
2.6 Pengobatan Tradisional dalam Pandangan Islam
Sebelum Islam ada di tengah masyarakat, manusia sudah
memiliki pengetahuan mengenai cara pengobatan berdasarkan pengalaman dan
kebanyakan pada hal mistik. Sehingga pengobatan ini
adalah yang primitif, tidak ada hasil
ilmiah
dan spekulatif yang akurat,
mistik, magic
serta tidak diajarkan.
Jampi-jampi, rajah serta azimat
dilarang dalam ajaran
Islam karena semua itu membawa manusia
kepada perbuatan syirik.
Ada
pengobatan tradisional lain yang hanya
berdasarkan gejala/keluhan pasien
seperti penat-penat, lemah badan, dan sebagainya dan obatnya dalam bentuk jamu yang
merupakan pengobatan alamiah berasal dari alam. Pengobatan tradisional
lainnya adalah pijat (massage) bagi
yang patah tulang atau acupressure
dengan menekan bagian tubuh tertentu atau akupuntur, serta bekam.
Pada
dasarnya obat tradisional seperti ini diperbolehkan dalam islam selama tidak
merusak diri sendiri dan orang lain serta tidak membawa kepada perbuatan
syirik. Pengobatan tradisional yang diajarkan Rasul diantara nya melarang “Kai”, yakni meletakkan besi panas
di atas bagian tubuh yang sakit, melarang jampi-jampi atau mantera-mantera yang
membawa kepada syirik.
2.7 Pengobatan Modern dalam Pandangan Islam
Pengobatan modern
berasal dari pengobatan tradisional yang merupakan perkembangan hasil kerja
akal manusia.
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT, untuk
menuntun manusia dalam mengembangkan dan mengamalkan akal pikirannya untuk
kebaikan manusia dan alam sekitarnya.
Manusia harus beradaptasi dalam
segala aspek dengan petunjuk Alah, termasuk dalam aspek pengobatan.Islam
menjelaskan bahwa penyakit apapun, Allah yang menjadikannya dan Allah pula yang
menyediakan obatnya, sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW.
“Sesungguhnya Allah tidak
akan menurunkan penyakit, melainkan Dia telah menurunkan buat penyakit itu
penyembuhannya, maka berobatlah kamu”.
(HR Nasai dan Hakim)
Nabi menjelaskan
bahwa ada dua macam penyakit sesuai dengan keadaan manusia yang terdiri dari
tubuh jasad (fisik) dan rohani. Untuk obat rohaniah adalah membaca Al Qur’an
dan untuk sakit fisik adalah materi misalnya madu. Dalam salah satu hadis
riwayat Wailah bin Al Asqa’ disebutkan bahwa ketika seorang sahabat mengeluh
sakit kerongkongan kepada Rasulullah, maka beliau bersabda :
“Bacalah Al-Qur’an dan
minumlah madu, karena membaca Al-Qur’an merupakan obat untuk penyakit yang
berada di dalam dada dn madu adalah obat untuk tiap penyakit”.
Hadist tersebut mengajarkan
apabila mengobati manusia yang sakit haruslah menyeluruh baik fisik dan
jiwanya. Pada jaman modern ini, sebagian besar para dokter lebih banyak
mengobati penyakitnya, bukan mengobati manusianya yang sakit.
Hal
penting yang harus kita jaga bahwa ilmu pengetahuan Islam, termasuk ilmu
kedokteran, dalam pengembangannya harus berkaitan dengan Allah serta sesuai
dengan ajaran Islam sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam Al Qur’an surat Ali
Imran, ayat 191
“Mereka yang mengingat
(zikir) kepada Allah sewaktu berdiri, duduk atau berbaring dam mereka pikirkan
hal kejadian langit dan bumi. “Ya, Tuhan kami, tidaklah Engkau jadikan semua
ini sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kiranya kami dari azab neraka”.
Oleh karena itu, Islam
menghargai dan menyetujui pengobatan modern jika pemakaiannya sesuai dengan
ajaran Islam dan tidak akan membawa kesyirikan serta dapat dipahami oleh akal
dan sesuai sunatullah.
3.1 Kesimpulan
Islam
adalah agama mengatur
hubungan manusia dengan Sang Khalik-nya (hablum
minallah) atau hubungan manusia dengan manusia (hablum minannas), serta
memiliki aturan dan tuntunan yang jelas,
dan logis khususnya dalam
mengajarkan kesehatan bagi manusia.
3.2 Saran
Kita sebagai hamba Allah swt. sebaiknya menjalankan ibadah dengan
khusyuk serta dilaksanakan dalam kondisi tubuh yang
sehat yang meliputi sehat jasmani, rohani (psikis), dan
sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Fuadi,
Achmad, Husin. ISLAM DAN KESEHATAN (dalam http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/
). Diakses tanggal 2 November 2019 (21:15)
Jauhari, Iman. KESEHATAN DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM (dalam http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/). Diakses tanggal 2 November 2019 (21:30)
Ali, Syamsuri. PENGOBATAN ALTERNATIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM (dalam http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/). Diakses tanggal 2
November 2019 (21:45)
Tidak ada komentar: