PENGOBATAN DALAM PANDANGAN ISLAM

Desember 08, 2019

 

Islam adalah agama rahmatan li al-‘alamin, agama yang menjadikan penyelamat bagi penganutnya dari mara bahaya. Dalam ajarannya mengandung nilai-nilai yang memerintahkan umatnya untuk beribadah kepada-Nya. Namun, dibutuhkan fisik dan jasmani yang kuat untuk menjaga konsistensi beribadah kepada-Nya.
Oleh karena itu, persoalan kesehatan dan menjaga kesehatan merupakan hal yang penting di dalam ajaran Islam. Terganggunya persoalan kesehatan membuat seseorang tidak mampu menjalankan kewajiban dan aktivitasnya secara maksimal. Penyakit yang ada di dalam tubuh seseorang dapat mempengaruhi organ syarat, pikiran dan perasaan. Maka dari itu, menjaga kondisi tubuh sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas keseharian seseorang. Sehingga mempelajari ilmu dan metode yang berkaitan dengan kesehatan sangat diperlukan menurut pandangan Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad saw. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi saw.
لكل داءدواء فإذا أصيب دواء الداء برأ بإذن الله عز وجل
Artinya:
Setiap penyakit ada obatnya, jika obat dari suatu penyakit itu tepat, ia akan sembuh dengan izin Allah sw. (HR. Muslim)

Begitu pula Imam Syafi’i berkata: أ
العلم علمان: علم الفقه للإديان وعلم الطيب للأبدان, وما وراء ذلك بلغة مجلس
Artinya:
Jenis ilmu itu ada dua, yakni ilmu fiqh untuk urusan agama dan ilmu kedokteran untuk urusan jasmani manusia, ilmu selain kedua hal itu hanyalah bekal pergi ke perkumpulan.

Dunia pengobatan berkembang seiring dengan perubahan zaman dan kebutuhan manusia.  Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki kondisi tubuh yang terkadang sehat maupun sakit baik penyakit ringan maupun berat. Keinginan untuk sembuh dari segala jenis penyakit itulah yang memunculkan berbagai metode pengobatan, mulai dari mengonsumsi berbagai jenis tumbuhan yang diyakini berkhasiat menyembuhkan jenis penyakit tertentu, atau sistem pemijatan, pembekaman hingga operasi dan pembedahan.
Oleh karena itu, setiap manusia menginginkan sebuah kehidupan yang sehat di mana mereka dapat beraktifitas dengan baik sesuai dengan kemampuan masing-masing. Maka dari itu, penting bagi kita menjaga kesehatan tubuh, jiwa, dan sosial kita.


2.1  Petunjuk Alquran Tentang Pengobatan
Banyak ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan tentang pengobatan karena Al-Qur’an itu sendiri diturunkan sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin. “Dan kami menurunkan Al-Qur’an sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang yang mukmin”.(QS Al-Isra’: 82). 
Menurut para ahli tafsir bahwa nama lain dari Al-Qur’an yaitu “Asysyifa” yang artinya secara terminologi adalah obat penyembuh. “Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari Tuhan mu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.(QS Yunus:57)
Disamping Al-Qur’an mengisyaratkan tentang pengobatan juga menceritakan tentang keindahan alam semesta yang dapat kita jadikan sumber dari pembuat obat-obatan. “Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan tanaman-tanaman untukmu, seperti zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)bagi orang-orang yang berfikir.(QS An-Nahl:11). “Kemudian makanlah dari segala(macam)buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhan-muyang telah (dimudahkan bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir”.(QS An-Nahl:69)

Metode Pengobatan Para Rasul Sebelumnya:

Nabi Isa AS
“Dan akan dijadikan-Nya sebagai Rasul kepada Bani Israil (dia berkata) “Aku telah datang kepadamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhan mu, yaitu aku membuatkanmu (sesuatu) dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku meniup nya, maka ia menjadi seekor burung atas izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku beritahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda(kebenaran kerasulanku) bagimu,jika kamu orang yang beriman”.(QS Ali-Imran:49).
Menurut para mufassir, Nabi Isa mengobati penyakit buta dan kusta dengan cara di usap dengan tangan nya, mata yang buta dan anggota tubuh yang terkena kusta dengan izin Allah melalui mukjizatnya maka seketika itu sembuh.

Nabi Musa AS
Nabi Musa tidak lepas dari sifat kemanusiaannya yang merupakan sunnatulloh yaitu sakit. Beliau pernah sakit lalu memetik sehelai daun yang diniatkan sebagai obat yang hakikatnya Allah menyembuhkan kemudian di tempelkannya daun tersebut pada anggota tubuh yang sakit, karena mukjizatnya seketika itu sembuh. Dan kedua kali nya beliau sakit kemudian memetik sehelai daun secara spontanitas tanpa diniatkan sebagai obat yang hakikatnya Allah Sang Penyembuh maka ketika itu sakitnya tidak sembuh.

Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad sebagai Rasul yang diperintahkan Allah untuk menyampaikan wahyu kepada umat-nya tidak lepas tingkah lakunya dari Al-Qur’an karena beliau dijadikan suri tauladan yang baik untuk semua manusia. Firman Allah : “Sesungguhnya pada diri Rasul itu terdapat suri tauladan yang baik untuk kamu, bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat (Allah) dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.(QS Al-Ahzab: 21). Imam Ali berkata : “Sesungguhnya semua tingkah laku Nabi Muhammad SAW adalah Al-Qur’an”. Beberapa metoda pengobatan yang dilakukan Rasulullah :

1.      Doa Mukjizat
Banyak doa-doa kesembuhan yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat nya, salah satunya : “Allahumma isyfi abdaka yan-ulaka aduwwan aw yamsyi laka ila sholaah”.

2.      Dengan Memakai Madu
Sebagaimana menurut QS An-Nahl:69 bahwa madu Allah jadikan sebagai obat maka Rasulullah menggunakan madu untuk mengobati salah satu keluarga sahabat yang sedang sakit. Dalam satu riwayat, ada sahabat yang datang kepaa Rasulullah memberitahukan anaknya sedang sakit, kemudian Nabi menyuruh meminumkan anaknya madu sambil membaca doa.

3.      Bekam
Berbekam termasuk pengobatan yang diajarkan Rasulullah SAW, bahkan Rasulullah SAW pernah melakukan bekam dan memberikan upah kepada tukang bekam. Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya sebaik-baik apa yang kalian lakukan untuk mengobati penyakit adalah dengan melakukan bekam”.
Rasullullah SAW. adalah suri tauladan seluruh aspek kehidupan umat manusia, termasuk memelihara kesehatan, dan mengobati penyakit. Allah SWT. berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada ( diri) Rasullullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hati kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-ahzab: 21)
Dalam era teknologi yang semakin canggih ini, ilmu pengobatan kian maju pesat. Tetapi, masih saja dijumpai orang menderita sakit, bahkan jumlah penyakit semakin banyak. Inilah ketentuan Allah yang berlaku, dan tiada sesuatu pun yang dapat mengubahnya.
Ibnu Sina mengemukakan bahwa pengobatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu teori dan praktik. Pengobatan secara teoritis adalah bagian pengobatan yang hanya memberikan penjelasan dari segi ilmu-ilmu tentang pendapat berbagai ilmuwan tanpa langsung memberikan pengaruh dalam bidang praktis. Misalnya, ilmu yang menjelaskan tentang hal-hal yang berhubungan dengan mizaj, humor, tenaga, pembagian jenis penyakit, gejala penyakit, dan penyebab sakit.
Sedangkan pengobatan secara praktik adalah pengobatan yang berhubungan dengan ilmu cara melakukan suatu tindakan pengobatan dan perawatan. Misalnya, ilmu yang menjelaskan cara menjaga kesehatan tubuh atau cara merawat tubuh yang sakit.
Jenis pengobatan secara praktik dibagi menjadi dua:
a.       Ilmu kesehatan, yakni cara mempertahankan kesehatan atau menjaga tubuh selalu tetap sehat.
b.      Ilmu keperawatan, yakni mengenai bagaimana mengembalikan kondisi tubuh dari keadaan sakit ke kondisi sehat.
Kaitannya dengan pengobatan di dalam bahasa Arab, kata ath-thibb dapat diartikan dengan berbagai macam pengertian, antara lain.
1.      Al-Ishlah, perbaikan. Jika dikatakan “Thabbab-tuhu”, artinya aku memperbaiki keadaannya.
2.      Al-Luthfu was-siyasah, kelembutan dan pengaturan. Dikatakan kepada orang lain dengan kalimat, “Annahu thabba bil umuri” bahwa dia pandai mengurus masalah.
3.      Al-Hidzqu, pintar dan pandai. Menurut al-Jauhari, dikalangan bahasa Arab, setiap orang pintar disebut tabib. Abu Ubaid berkata , “Makna dasar ath-thibb adalah kepintaran dan kepandaian tentang segala sesuatu. Jika dikatakan “thabba wa thabib”, maka artinya mahir, cakap, dan pandai, meskipun belum tentu bisa mengobati orang yang sakit. Menurut pendapat lain, seseorang yang disebut thabib, karena kepandaian dan kepintarannya.
4.      Al-’Addah, kebiasaan. Jika dikatakan, “Laisa bithibbi”, artinya itu bukan kebiasaanku.
5.      As-Sihr, sihir. Orang yang terkena sihir disebut mathbub, karena mereka menamai ath-thibb dengan sihir.
Ibnu Sayyid berkata, “Kata ath-thabb berarti orang yang mengetahui banyak hal. Begitu juga ath-thabib.” Adapun ath-thibb secara istilah diartikan ilmu untuk mengetahui keadaan badan manusia dari segi kurangnya kesehatan, agar dapat menjaga kesehatan dan mengembalikan yang hilang.

2.2  Konsep Pengobatan
Dalam Sahih Al-Bukhari diriwayatkan  dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dari Nabi SAW., “Kesembuhan itu ada 3, dengan meminumkan madu (bisyurbata ‘asala), sayatan pisau bekam (syurthota mihjam), dan dengan besi panas (kayta naar) dan aku melarang umatku melakukan pengobatan dengan besi panas.”“Gunakanlah 2 penyembuh; Al-Quran dan madu.” (HR. ath-Thabrani dari Abu Hurairah)
Masih banyak dalil sahih yang menjelaskan pengobatan Nabawi. Tetapi dari cuplikan 2 hadis tersebut dapat diketahui bahwa pengobatan yang dianjurkan oleh Rasullullah SAW. adalah Al-Quran, madu, dan bekam (sayatan pisau/bekam). Akan tetapi, Rasulullah melarang melakukan pengobatan dengan besi panas.

1. Mengobati penyakit dengan Al-Quran
Menurut Imam Ibnul Qayyim al Jauziyah dalam kitabnya at Thibun Nabawy bahwa penyakit itu digolongkan 2 jenis, yakni penyakit batin dan penyakit lahir (fisik). Penyakit batin adalah penyakit yang berkaitan dengan jauhnya batin ( hati) seseorang dari Allah SWT.  Penyakit ini menyerang unsur ruh manusia; seperti kesurupan. Pengobatan penyakit ini adalah al-Qur’an (ibadah, doa, ruqyah, syar’iyah). Sedangkan yang kedua, adalah penyakit lahir (fisik). Penyakit ini obat-nya adalah dengan obat-obatan yang sesuai dengan Al-Qur’an.

2. Mengobati dengan madu
Allah SWT. berfirman, “Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bemacam-macam warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.” (QS. an-Nahl (16):69)
Madu merupakan makanan sekaligus obat yang disebutkan oleh Allah SWT. dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, Rasulullah SAW. menyukai madu sebagai makanan atau sebagai penyembuh penyakit. Bahkan, Beliau suka meminum madu di pagi hari dengan dicampur air dingin untuk menjaga atau mengobati penyakit usus.

3. Pengobatan dengan Bekam
Bekam nama lainnya adalah hijamah.

2.3  Prinsip-prinsip Pengobatan
Di dalam penyembuhan penyakit ala Rasulullah SAW., diterapkan tertentu sebagai pedoman yang perlu diketahui dan dilaksanakan.

1. Meyakini bahwa Allah SWT. yang Maha Menyembuhkan segala penyakit
Rasulullah SAW. menyajarkan bahwa Allah SWT. adalah dzat yang Maha Penyembuh. Allah SWT. berfirman “Dan apabila aku sakit, maka Dia-lah yang menyembuhkan aku.” (QS. asy-Syu’ara (26): 80).
Jika memerhatikan pengobatan masa sekarang yang serba modern ternyata kebalikan dengan pengobatan jaman Rasulullah. Banyak orang yang menggantungkan penyembuhan dengan obat. Padahal, keyakinan semacam itu mendekati perbuatan syirik. Yang memberikan kesembuhan bukanlah obat itu, tapi Allah SWT.
Jika kita merasa yakin, insya Allah akan diberi kesembuhan dengan cepat. Rasulullah SAW. mengajarkan agar orang yang sakit senantiasa berdoa kepada Allah SWT. Salah satunya doa nabi Yunus: “Laa illaha illa anta subhanaka inni kuntu minal dhalimiin.”

2. Menggunakan obat yang halal dan baik
Rasulullah mangajarkan supaya obat yang dikonsumsi penderita harus halal dan baik. Allah SWT. yang menurunkan penyakit kepada seseorang, maka Dia-lah yang menyembuhkannya. Jika kita menginginkan kesembuhan dari Allah, maka obat yang digunakan juga harus baik dan diridhai Allah SWT. karena Allah melarang memasukan barang yang haram dan merusak ke dalam tubuh kita.Allah berfirman:
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah direzekikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (QS. al-Maidah (5): 88)
Rasulullah SAW. bersabda, “Setiap daging (jaringan tubuh) yang tumbuh dari makanan haram, maka api nerakalah baginya.” (HR. at-Tirmidzi)
“Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obatnya, dan menjadikan setiap penyakit pasti ada obatnya. Maka berobatlah kalian, tapi jangan dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud) Menggunakan obat yang halal, selain mendatangkan ridha Allah juga akan menjaga supaya badan tetap sehat.

3. Tidak menimbulkan madharat
Dalam menyembuhkan penyakit, harus diperhatikan mengenai dengan kemudharatan obat. Seorang dokter muslim akan selalu mempertimbangkan penggunaan obat sesuai dengan penyakitnya.

4. Pengobatan tidak bersifat TBC (tahayul, bid’ah, churafat)
Pengobatan yang disyariatkan dalam Islam adalah pengobatan yang bisa diteliti secara ilmiah. Pengobatan dalam Islam tidak boleh berbau syirik (pergi ke dukun, kuburan, dsb.).

5. Selalu ikhtiar dan tawakal
Islam mengajarkan bahwa dalam berobat hendaklan mencari obat atau dokter yang lebih baik. Dalam kedokteran Islam diajarkan bila ada dua obat yang kualitasnya sama maka pertimbangan kedua yang harus diambil adalah yang lebih efektif dan tidak memiliki efek rusak bagi pasien. Itulah sebabnya Rasulullah menganjurkan kita untuk berobat pada ahlinya. Sabda beliau,
Abu Dawud, An Nasai, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari hadis ‘Amr Ibnu Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya; katanya, “Telah berkata Rasulullah SAW., ‘Barangsiapa yang melakukan pengobatan, sedang pengobatannya tidak diikenal sebelum itu, maka dia bertanggung jawab (atas perbuatannya).”

2.4  Kaidah Pengobatan
Menurut Ibnu Qayyim, kaidah pengobatan ada tiga jenis, yaitu;
1. Menjaga Kesehatan
“Maka barang siapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (Qs. Al-Baqarah (2) : 184)
Allah membolehkan seorang musafir untuk tidak berpuasa, demi menjaga kesehatan dan kekuatan fisiknya serta hal-hal yang dapat melemahkannya.
2. Pengurangan
Allah berfirman,
“Jika ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah baginya berfidyah, yaitu berpuasa atau besedekah atau berkorban.” (Qs. Al-Baqarah (2) : 196)
Ayat di atas mempunyai maksud bahwa Allah SWT. membolehkan orang sakit atau orang yang di kepalanya ada luka, baik disebabkan kutu atau gatal-gatal untuk mencukur rambutnya saat ihram.
3. Preventif
Allah SWT. berfirman,
“Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (Qs. an-Nisa (4) : 43)
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa Allah SWT. membolehkan orang sakit menggunakan debu sebagai pengganti air, sebagai tindakan preventif baginya, agar badannya tidak kena sesuatu yang menyebabkan sakit.

2.5  Sumber-sumber Pengobatan
Menurut Ibnu Qayyim, kaidah pengobatan ada tiga jenis, yaitu;
1. Menjaga Kesehatan
“Maka barang siapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (Qs. Al-Baqarah (2) : 184)
Allah membolehkan seorang musafir untuk tidak berpuasa, demi menjaga kesehatan dan kekuatan fisiknya serta hal-hal yang dapat melemahkannya.
2. Pengurangan
Allah berfirman,
“Jika ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah baginya berfidyah, yaitu berpuasa atau besedekah atau berkorban.” (Qs. Al-Baqarah (2) : 196)
Ayat di atas mempunyai maksud bahwa Allah SWT. membolehkan orang sakit atau orang yang di kepalanya ada luka, baik disebabkan kutu atau gatal-gatal untuk mencukur rambutnya saat ihram.
3. Preventif
Allah SWT. berfirman,
“Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (Qs. an-Nisa (4) : 43)
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa Allah SWT. membolehkan orang sakit menggunakan debu sebagai pengganti air, sebagai tindakan preventif baginya, agar badannya tidak kena sesuatu yang menyebabkan sakit.

2.6  Pengobatan Tradisional dalam Pandangan Islam
Sebelum Islam ada di tengah masyarakat, manusia sudah memiliki pengetahuan mengenai cara pengobatan berdasarkan pengalaman dan kebanyakan pada hal mistik. Sehingga pengobatan ini adalah yang primitif, tidak ada hasil ilmiah dan spekulatif yang akurat, mistik, magic serta tidak diajarkan.
Jampi-jampi, rajah serta azimat dilarang dalam ajaran Islam karena semua itu membawa manusia kepada perbuatan syirik. Ada pengobatan tradisional lain yang hanya berdasarkan gejala/keluhan pasien seperti penat-penat, lemah badan, dan sebagainya dan obatnya dalam bentuk jamu yang merupakan pengobatan alamiah berasal dari alam. Pengobatan tradisional lainnya adalah pijat (massage) bagi yang patah tulang atau acupressure dengan menekan bagian tubuh tertentu atau akupuntur, serta bekam.
Pada dasarnya obat tradisional seperti ini diperbolehkan dalam islam selama tidak merusak diri sendiri dan orang lain serta tidak membawa kepada perbuatan syirik. Pengobatan tradisional yang diajarkan Rasul diantara nya melarang “Kai”, yakni meletakkan besi panas di atas bagian tubuh yang sakit, melarang jampi-jampi atau mantera-mantera yang membawa kepada syirik.

2.7  Pengobatan Modern dalam Pandangan Islam
             Pengobatan modern berasal dari pengobatan tradisional yang merupakan perkembangan hasil kerja akal manusia.
            Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT, untuk menuntun manusia dalam mengembangkan dan mengamalkan akal pikirannya untuk kebaikan manusia dan alam sekitarnya.
       Manusia harus beradaptasi dalam segala aspek dengan petunjuk Alah, termasuk dalam aspek pengobatan.Islam menjelaskan bahwa penyakit apapun, Allah yang menjadikannya dan Allah pula yang menyediakan obatnya, sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW.
“Sesungguhnya Allah tidak akan menurunkan penyakit, melainkan Dia telah menurunkan buat penyakit itu penyembuhannya, maka berobatlah kamu”. 
(HR Nasai dan Hakim)
          Nabi menjelaskan bahwa ada dua macam penyakit sesuai dengan keadaan manusia yang terdiri dari tubuh jasad (fisik) dan rohani. Untuk obat rohaniah adalah membaca Al Qur’an dan untuk sakit fisik adalah materi misalnya madu. Dalam salah satu hadis riwayat Wailah bin Al Asqa’ disebutkan bahwa ketika seorang sahabat mengeluh sakit kerongkongan kepada Rasulullah, maka beliau bersabda :
“Bacalah Al-Qur’an dan minumlah madu, karena membaca Al-Qur’an merupakan obat untuk penyakit yang berada di dalam dada dn madu adalah obat untuk tiap penyakit”.
          Hadist tersebut mengajarkan apabila mengobati manusia yang sakit haruslah menyeluruh baik fisik dan jiwanya. Pada jaman modern ini, sebagian besar para dokter lebih banyak mengobati penyakitnya, bukan mengobati manusianya yang sakit.
            Hal penting yang harus kita jaga bahwa ilmu pengetahuan Islam, termasuk ilmu kedokteran, dalam pengembangannya harus berkaitan dengan Allah serta sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam Al Qur’an surat Ali Imran, ayat 191
“Mereka yang mengingat (zikir) kepada Allah sewaktu berdiri, duduk atau berbaring dam mereka pikirkan hal kejadian langit dan bumi. “Ya, Tuhan kami, tidaklah Engkau jadikan semua ini sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kiranya kami dari azab neraka”.
Oleh karena itu, Islam menghargai dan menyetujui pengobatan modern jika pemakaiannya sesuai dengan ajaran Islam dan tidak akan membawa kesyirikan serta dapat dipahami oleh akal dan sesuai sunatullah.
  
3.1 Kesimpulan
Islam adalah agama mengatur hubungan manusia dengan Sang Khalik-nya (hablum minallah) atau hubungan manusia dengan manusia (hablum minannas), serta memiliki aturan dan tuntunan yang jelas, dan logis khususnya dalam mengajarkan kesehatan bagi manusia.

3.2 Saran
Kita sebagai hamba Allah swt. sebaiknya menjalankan ibadah dengan khusyuk serta dilaksanakan dalam kondisi tubuh yang sehat yang meliputi sehat jasmani, rohani (psikis), dan sosial.


 DAFTAR PUSTAKA
Fuadi, Achmad, Husin. ISLAM DAN KESEHATAN (dalam http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/ ). Diakses tanggal 2 November 2019 (21:15)
Jauhari, Iman. KESEHATAN DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM (dalam http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/). Diakses tanggal 2 November 2019 (21:30)
Ali, Syamsuri. PENGOBATAN ALTERNATIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (dalam http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/). Diakses tanggal 2 November 2019 (21:45)



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.